Pro Kontra Rencana Pemulangan WNI eks ISIS, Fadli Zon, Prabowo hingga Mahfud MD Beri Tanggapan
Sejumlah tokoh memberikan tanggapannya terkait isu pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia. Ada Fadli Zon, Prabowo hingga Mahfud MD.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Wulan Kurnia Putri

Mengutip Kompas.com, rencana pemulangan terduga teroris lintas batas harus dilakukan observasi terlebih dahulu.
Pasalnya, tidak menutup kemungkinan masih ada sebagian di antara mereka yang berpotensi menyebarkan paham radikalisme.
"Tentu kalau dipulangkan, apakah akan menularkan (radikalisme) atau tidak. Corona saja kita lakukan observasi dan diisolasi dulu."
"Ini juga harus dipikirkan. Kalau menular (radikalisme) berbahaya juga," terang Maruf, Rabu.
Tak hanya itu, Maruf Amin juga mengatakan banyak hal harus dibahas secara komprehensif soal rencana pemulangan WNI eks ISI.
Seperti kebijakan menyeluruh tentang dipulangkan atau tidaknya mereka.
Serta cara pemulangan hingga dampaknya kepada lingkungan sekitar.
"Jadi memang itu pembahasannya komprehensif, belum ada kesimpulannya, kita tunggu saja," katanya.
6. Mahfud MD

Mahfud MD menilai pemulangan WNI eks ISIS memiliki manfaat serta mudarat.
Mudaratnya, menurut Mahfud, mereka bisa menjadi virus yang menyebarkan paham radikalisme di Indonesia.
"Mulai dari mudaratnya kalau dipulangkan itu nanti bisa menjadi masalah disini, bisa menjadi virus baru di sini."
"Karena jelas jelas dia pergi ke sana untuk menjadi teroris," ujar Mahfud MD, Rabu, dilansir Tribunnews.
Lebih lanjut, Mahfud mengungkapkan para WNI eks ISIS harus mengikuti prgram deradikalisasi terlebih dulu.
Meski begitu, Mahfud menyebutkan adanya potensi paham radikal kambuh saat para WNI itu terjun ke masyarakat karena adanya kemungkinan dijauhi.
"Kalau nanti habis deradikalisasi diterjunkan ke masyarakat nanti bisa kambuh lagi, kenapa?"
"Karena di tengah masyarakat nanti dia diisolasi, dijauhi. Kalau dijauhi nanti dia jadi teroris lagi kan," terang dia.
Namun, Mahfud MD mengaku ia lebih setuju apabila WNI eks ISIS tidak dipulangkan karena bisa membahayakan negara.
(Tribunnews.com/Theresia Felisiani/Taufik Ismail, Kompas.com/Haryanti Puspa Sari/Tsarina Maharani/Achmad Nasrudin Yahya/Deti Mega Purnamasari)