Punya Bonus Demografi Luar Biasa, Indonesia Jangan Sampai Gagal Seperti Brasil dan Afsel
Jepang dinilai berhasil mengelola bunus demografi sehingga mampu menghasilkan mobilitas penduduk dengan produktivitas tinggi.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia perlu pintar mengelola bonus demografi yang luar biasa besar saat ini agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan nasional dengan belajar dari kegagalan Brasil dan Afrika Selatan dalam mengelola kelompok usia produktif mereka.
Indonesia disarankan belajar dari Jepang yang sukses memanfaatkan celah kesempatan memaksimalkan potensi bonus demografi warganya.
Secara teoritis Bonus Demografi tercermin dari angka rasio ketergantungan (dependency ratio), yaitu Jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibanding penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Ketua Umum DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsan (PGK) Bursah Zarnubi menilai Jepang berhasil mengelola bunus demografi sehingga mampu menghasilkan mobilitas penduduk dengan produktivitas tinggi.
“Yang menarik di Jepang, di tengah penurunan angkatan kerja tapi ekonominya tumbuh mengagumkan mengalahkan Amerika dan Eropa,” kata Bursah di acara diskusi 'Peran Pemuda Sebagai Tulang Punggung Pemanfatan Bonus Demografi, Tantangan dan Pe
Baca: Skandal Keuangan Jiwasraya, Kejagung Telusuri Keterlibatan Pejabat OJK yang Lama
luang Ekonomi dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045' di kantor DPP PGK Jalan Duren Tiga Jakarta Selatan, Sabtu (15/2/2020).
Dia mengatakan, 1 orang angkatan kerja di Jepang saat ini menanggung 2 orang.
Baca: Survei Indo Barometer: Prabowo Menteri Paling Paling Dikenal Publik di Kabinet Jokowi
Sedangkan di Indonesia 2 orang angkatan kerja menanggung 1 orang usia non-produktif. Itu artinya Jepang sudah melewati ledakan bonus demografi namun ekonominya tetap stabil meskipun penduduk usia non-produktifnya saat ini sedang tinggi-tingginya.
Baca: DVI Polda Papua Tuntaskan Identifikasi 12 Korban Helikopter Jatuh di Pegunungan Mandala
“Ini yang membuat dunia kaget, di saat deflasi permanen dan di tengah penurunan tenaga produktif kok ekonomi Jepang tumbuh mengakumkan, padahal sekarang puncak-puncaknya Jepang didominasi usia 75 tahun sampai 90 tahun,” kata Bursah.
Hal ini membuat Jepang dianggap berhasil memanfaatkan bonus demografinya pada tahun 1990-an dengan menyerap 80% dari angkatan kerja.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE Indonesia) Muhammad Faisal.
“Jepang saat ini sudah lulus jadi negara maju. Sekarang pendapatan perkapitanya hampir 40.000 USD, sedangkan kita baru sekitara 3.900 USD. Jadi gaji kita ini 1/10 orang Jepang,” kata Faisal.
Faisal memaparkan, Jepang mendapat bonus demografi yang sangat besar di tahun 1990-an atau sekitar 30 tahun lalu. Sementara Indonesia pada tahun 2020 ini baru memasuki bonus demografi.
Dia menyatakan, Indonesia baru pada 2019 yang lalu naik dari status lower middle income ke upper middle income (pendapatan 3.896-12.055 USD).