Nadiem Jengkel, Tegaskan SPP Pakai Gopay Murni Strategi Bisnis: Tak Ada Kaitannya dengan Kemendikbud
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI, Nadiem Makarim jelaskan soal bayar SPP melalui GoPay yang tidak ada hubungannya dengan Kemendikbud
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengungkapkan perasaan jengkelnya terhadap tudingan yang baru-baru ini menyasar kepadanya.
Hal ini terkait dengan aplikasi GoPay yang dapat digunakan untuk membayar sumbangan pembinaan pendididikan (SPP) sekolah.
Keluarnya fitur baru dalam aplikasi tersebut membuat sejumlah pihak mengaitkannya dengan Mendikbud.
Mengingat Nadiem sebelumnya merupakan satu diantara pendiri dan CEO dari perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring tersebut.
Merasa jengkel bayar SPP pakai GoPay dianggap sebagai konflik kepentingan, Nadiem kemudian memberikan klarifikasinya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR RI, Kamis (20/2/2020).
Dalam kesempatan itu, dengan tegas Nadiem mengatakan hal tersebut tidak ada kaitannya dengan kebijakan Kemendikbud.
Adanya fitur GoBills dalam aplikasi Gopay itu murni dari strategi bisnis milik GoJek.
"Saya jelaskan, apa yang terjadi di penambahan fitur itu memang suatu rencana dari bertahun-tahun lalu," kata Nadiem yang dilansir dari YouTube tvOneNews, Jumat (21/2/2020).
"Serta itu merupakan kompetensi bebas antara kompetisi semua dompet digital di Indonesia," jelasnya.
"Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," tegasnya.
Lebih lanjut, Nadiem menjelaskan bahwa fitur GoBills merupakan bentuk dari persaingan yang terjadi di pasar dompet digital saat ini.
"Itu adalah hal yang terjadi di pasar kompetisi sengit antara dompet digital dimana semua dapat menerima apapun, mau itu GoPay, Ovo, Linkaja ataupun Dana," jelasnya.
"Dan semua dompet digital akan bermain di semua jenis merchant mau itu restoran, sekolah swasta, warung pinggir jalan dan lain sebagainya," imbuhnya.
Nadiem menambahkan, itulah yang namanya digitalisasi sistem keuangan atay Fintech (Financial Technology).
Baca: Nadiem Makarim: Orang-orang Tidak Pernah Meragukan Integritas Saya
Sekali lagi Mendikbud RI ini menegaskan bahwa tidak ada benturan kepentingan seiring keberadaan fitur baru yakni bayar SPP melalui GoPay.
Mengingat setelah menjadi menteri, Nadiem sudah tidak memiliki kewenangan apapun di GoJek.
Serta ia saat ini tengah mendedikasikan dirinya untuk mencoba menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia.
"Saya ulang lagi, tidak akan pernah Kemendikbud terutama menterinya sendiri melakukan apapun yang melanggar atau menciptakan conflict of interest, yakni kebenturan kepentingan," tegasnya.
Diberitakan, perusahaan GoJek telah mengabarkan dalam siaran resminya, bahwa aplikasinya memiliki fitur tambahan termasuk pembayaran uang SPP dan biaya pendidikan lainnya seperti pembelian buku, seragam dan lain sebagainya.
Baca: Ubah Skema Penyaluran Dana BOS, Nadiem Makarim: Tidak Ada Alasan untuk Tidak Jujur
Tak hanya dalam rapat dengar DPR, sebelumnya Nadiem juga telah menegaskan terkait hal ini dalam program acara Mata Najwa.
"Sekolah-sekolah kayak swasta kan menerima apa pun cara pembayaran, dia mau pilih bank apa," kata Nadiem yang dilansir dari YouTube Najwa Shihab, Jumat (21/2/2020).
"Dia mau ke metode pemilihan pembayaran apa itu bukan urusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," tegasnya.
Bahkan dalam acara tersebut, Nadiem menyadari hal apapun yang terkait dengan dirinya sangat mudah untuk dipolitisasi.
"Apapun yang kita lakukan bisa diplintir ke sesuatu hal yang bukan dimaksudkan," jelas Nadiem Makarim.
"Dan memang itu yang bikin semarak di berbagai media," ujarnya.
Namun seiring berjalannya waktu Nadiem dapat lebih santai menghadapi itu semua.
"Tapi ya lama-lama karena sudah beberapa kali terjadi, kita juga lebih kalem saja sekarang," imbuhnya.
"Itu adalah bagian normal menjadi figur menteri gitu," tegasnya.
Mendikbud RI ini juga percaya bahwa setiap tekanan atau masalah yang terjadi pasti akan selalu ada cara untuk menghadapinya.
"Awalnya lumayan stres sih, sekarang meditasi lebih sering untuk menenangkan hati," kata Nadiem.
"Enggak apa-apa kita sakit-sakitan, karena dampak yang dapat dapat dilakukan di dalam dunia pendidikan itu adalah 10 hingga 20 tahun kedepan," ungkapnya. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.