Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Penyebaran Virus Corona, Alumni Natuna Bandingkan Kepanikan Warga Wuhan dengan Indonesia

Warga Depok, alumni Natuna membandingkan kepanikan warga Indonesia dengan warga Wuhan, Cina soal penyebaran virus Corona.

Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Ifa Nabila
zoom-in Soal Penyebaran Virus Corona, Alumni Natuna Bandingkan Kepanikan Warga Wuhan dengan Indonesia
Tangkap Layar ILC, Selasa (3/3/2020)
Dodi Setiawan, seorang warga Depok Jawa Barat alumni Natuna hadir bersama istrinya dalam diskusi publik di Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (3/3/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang pernah dikarantina di Natuna membandingkan kepanikan warga Indonesia dengan warga Wuhan, China soal penyebaran virus corona.

Dody Setiawan dan istrinya Firni yang merupakan warga Depok, Jawa Barat mengaku sempat tinggal di Wuhan, China saat virus corona pertama kali menyerang dan mewabah.

Menurut keterangannya, setelah kembali dari Wuhan, ia menjalani masa karantina di Natuna dan keluar pada 15 Februari.

Lalu, pada 19 Februari mereka berkunjung ke rumah ibunya yang ada di Solo.

Kemudian, mereka kembali ke tempat tinggalnya yakni di rumah sang kakak daerah Studio Alam Indah, Depok, Jawa Barat pada 26 Februari.

Namun, ia tak menyangka ada warga Depok yang positif terinfeksi virus covid-19 yang mirip Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) ini.

Adapun lokasi kediaman dua warga Depok yang merupakan ibu dan anak tersebut ternyata berada pada satu kompleks dan tak jauh dari tempat ia tinggal.

Warga Depok, Firni bersama suaminya, Dodi Setiawan hadir dalam diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne.
Warga Depok, Firni bersama suaminya, Dodi Setiawan hadir dalam diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne. (Tangkap Layar ILC, Selasa (3/3/2020))
Berita Rekomendasi

Sebelumnya, telah disampaikan sang istri, Firni bahwa kepanikan warga Depok mulai terjadi dengan meliburkan diri dari sekolah, pekerjaan, bahkan hingga ada yang mengungsi.

Tak hanya itu, beberapa pedagang sayuran dan ojek daring pun juga enggan memasuki kompleks perumahannya.

Sementara itu, pada wilayah lainnya di Jawa Barat, Jakarta, bahkan luar kota lainnya di Indonesia banyak warga yang sudah berbondong-bondong memborong persediaan bahan makanan.

Alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer pun dalam sekejap ludes dengan harga yang naik drastis hingga berkali-kali lipat.

Kepanikan ini bermula setelah Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan terdapat dua dari warganya yang positif terinfeksi virus corona.

Keduanya yang merupakan ibu dan anak tersebut tertular karena sempat melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang yang positif mengidap virus corona dan sempat singgah di Indonesia.

Dodi pun menceritakan perbandingan kepanikan yang terjadi dari warga negara China yang ada di kota Wuhan dengan warga negara Indonesia.

Dodi mengungkapkan bahwa warga kota Wuhan mulai panik setelah dikabarkan oleh pemerintah setempat bahwa kota akan dilakukan penutupan dan pemblokiran.

Sebelumnya, pemerintah kota Wuhan sudah mengumumkan penemuan virus tersebut, namun belum dapat memastikan jenisnya sehingga belum ada kejelasan.

Sebuah pengumuman masker dan hand sanitiser kosong dipasang di depan pintu masuk sebuah minimarket di Jalan Simpang Wilis, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (3/3/2020). Menurut pegawai minimarket, masker dan hand sanitiser di toko tersebut kosong sejak dua minggu lalu. Kelangkaan masker di Kota Malang terjadi sejak maraknya penyebaran virus corona COVID-19. Surya/Hayu Yudha Prabowo
Sebuah pengumuman masker dan hand sanitiser kosong dipasang di depan pintu masuk sebuah minimarket di Jalan Simpang Wilis, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (3/3/2020). Menurut pegawai minimarket, masker dan hand sanitiser di toko tersebut kosong sejak dua minggu lalu. Kelangkaan masker di Kota Malang terjadi sejak maraknya penyebaran virus corona COVID-19. Surya/Hayu Yudha Prabowo (Surya/Hayu Yudha Prabowo)

Tetapi setelah ditemukan puluhan korban yang meninggal, maka pemerintah memutuskan menutup semua akses yang ada di kota Wuhan.

Adapun pengumuman dari pemerintah Wuhan tersebut terjadi pada 23 Januari 2020.

"Itu setelah pengumuman pagi jam 8. Setelah pemerintah memutuskan nanti jam 10 pagi kota akan ditutup, transportasi ditiadakan, itu masyarakat langsung racing ke supermarket-supermarket terdekat," kata Dodi, dilansir Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (3/3/2020).

Dodi mengatakan, saat dilakukan penutupan kota Wuhan terdapat sekitar 25 orang yang dinyatakan meninggal dan 800 orang terinfeksi.

Ia pun mengungkapkan perbedaan warga Indonesia dan Wuhan atas kepanikan virus corona itu.

"Perbedaannya di situ. Jadi, kepanikan itu muncul ketika kota (Wuhan) dinyatakan akan ditutup," kata Dodi.

Sementara di Indonesia, masyarakat panik saat baru ditemukan 2 WNI yang positif virus corona, sedangkan kasus terinfeksi belum ada.

"Wajar sih masyarakat di sekitar tempat korban panik. Mengingat juga mereka pasti melihat berita yang sebelumnya terjadi di Wuhan, waktu kami juga ada di sana," kata Dodi.

Walau demikian, senada dengan Firni menurutnya pemerintah harus lebih meyakinkan masyarakat yang ada di perumahan Studio Alam Indah.

Ia berharap masyarakat sekitar rumahnya untuk lebih tenang, dapat mengendalikan diri, dan saling meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Selain itu, sikap waspada juga harus diterapkan, namun tidak perlu hingga berujung heboh dan menggemparkan karena akan menimbulkan kecemasan bagi yang lain.

(Tribunnews.com/Nidaul Urwatul Wutsqa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas