Bincang dengan Menteri Ketenagakerjaan (1): Ida Fauziah Orang Beruntung, Gagal Pilgub Jadi Menteri
Pernah kecewa karena kalah pada pemilihan kepala daerah Jawa Tangah tahun 2018, tidak menjadikan Ida Fauziyah bermuram durja berlama-lama.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Jadi ketika bekerja itu, saya sudah tidak ada pilihan lain kecuali menang gitu. Jadi pikirannya itu. Sampai orang berpikir ini kok kerjanya seperti orang tidak tahu survei.
Saya hanya menangkap ada harapan bahwa ada banyak orang yang memberikan dukungan ke saya dan ini cukup menjadi bagi saya motivasi utama. Survei setiap hari tidak pernah saya baca, sudah, biarkan saja survei. Begitu sih kalau saya.
Ketika kalah, siapa sih pak orang yang kalah kemudian bahagia. Jadi kalau saya sih, manusiawi saja, kalau saya kecewa. Tapi saya merasa bahwa saya tidak terlalu lama tenggelam dalam kekecewaan itu.
Setiap kompetisi itu ya ada kalah ada menang, dan itu risiko. Ketika mau menentukan itu saya sudah tahu kalau kondisinya seperti itu. Jadi saya segera move on.
Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hari Ini, 6 Maret 2020, 13 Daerah yang Berpotensi Hujan Lebat
Baca: Ruang Isolasi Pasien Corona di RSPI Sulianti Saroso Tak Bisa Lagi Menampung Pasien Baru
Tribun: Tidak begitu lama, berapa jam atau berapa hari atau berapa minggu?
Ya tidak dalam hitungan jam tentunya, tapi yang pasti saya tidak pernah mengeluarkan air mata untuk kekalahan itu.
Perolehan 41 persen capaian suara itu sudah cukup membanggakan. Bagi saya, saya merasa kerja keras itu terjawab dengan jumlah ini.
Saya tahu persis kenapa saya kalah, dalam kondisi yang tidak banyak logistik. Keterbatasan itu dapat 41 persen itu saya bayangkan ada teman-teman yang sudah melakukan masa sosialisasi yang panjang.
Tribun: Perolehan 41 persen itu, apa anda merasa, berapa persen yang tercapai dari peranan Anda? Mungkin faktor gender atau NU?
Di NU sendiri kan tidak gampang. Waktu itu kan Taj Yasin (calon wakil Gubernur Jateng pada Pilkada 2018, Red) kan juga representasi NU.
Semua orang tahu beliau anaknya Mbah Maimun, semua orang tahu. Tantangan saya waktu itu ini tantangan tersendiri bagaimana meyakinkan warga NU bahwa warga NU itu siapa yang kira-kira bisa dititipkan Aspirasi.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin adalah putra Kyai Haji Maimoen Zoebair, atau akrab dipanggil Mbah Moen.
Ia ulama besar dan politikus PPP. Ia Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat di Mekkah, Arab Saudi, 6 Agustus 2019.
Saya itu datang ke kiai misalnya, itu bisa lebih dari dua kali satu kiai itu. Satu kiai itu saya datangi empat sampai lima kali. Dan itulah tantangannya, personal approach.
Baca: Jokowi Minta Renovasi RS Bekas Kamp Pengungsi Vietnam di Pulau Galang Selesai dalam Satu Bulan
Baca: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini, Jumat (6/3/2020): Capricorn Punya Aura Positif, Libra Jangan PHP
Itu salah satu contoh, Jawa Tengah memang basisnya PDIP, tapi kan NU juga kuat banget. Selain Jawa Timur kan Jawa Tengah.