Bincang dengan Menteri Ketenagakerjaan (1): Ida Fauziah Orang Beruntung, Gagal Pilgub Jadi Menteri
Pernah kecewa karena kalah pada pemilihan kepala daerah Jawa Tangah tahun 2018, tidak menjadikan Ida Fauziyah bermuram durja berlama-lama.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Tribun: Sebelum pemanggilan di Istana secara resmi, sempat tidak sih menteri atau Pak Jokowi telepon Anda?
Pihak istana ada sebelumnya. Atau beberapa hari sebelumnya, ya ada lah.
Tribun: Anda pada Pilkada Jateng 2018 gagal, tapi kemudian sukses menjadi menteri. Bagaimana perasaan ketika gagal Pilgub?
Saya waktu diminta menjadi cawagub sebenarnya, saya juga tidak panjang juga pertimbangan. Kalau saya pertimbangannya pertama orang yang terdekat dengan saya memberikan restu.
Bagi saya, menurut saya sih jalan saya akan sangat mudah kalau orang terdekat dengan saya memberikan restu.
Pilgub Jateng 2018 diikuti dua pasangan kandidat. Ida Fauziyah sebagai calon wakil gubernur berpasangan dengan Cagub Sudirman Said, pada Pilgub Jawa Tengah 2018.
Mereka berhadapan menantang kandidat petahana, Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Taj Yasin.
Hasil perolehan suara, raihan suara Sudirman-Ida 41,22 berbanding 58,78 persen Ganjar-Yasin.
Tribun: Siapa saja orang terdekat itu?
Suami dan ibu. Ketika dua orang ini sudah memberikan dukungannya, jalan akan mulus.
Baca: Situs sensus.bps.go.id untuk Akses Sensus Penduduk Online, Simak Panduan Mengisi SPO 2020
Baca: Pemerintah Wacanakan Sertifikasi Bebas Virus Corona, Buat Apa? Ini Penjelasan Maruf Amin
Dalam Pilkada Jateng, saya tahu betul, menghadapi Pak Ganjar Pranowo (gubernur petahana adalah politisi PDIP, Red). Dan PDIP itu adalah pemenang bertahun-tahun di Jateng, beberapa kali pemilu pemenang di Jawa Tengah, PDIP menang.
Semua orang tahu yang namanya Jawa Tengah itu kandangnya PDIP. Semua itu orang tahu. Dan saya tahu Pak Ganjar itu incumbent. Saya tahu itu bukan hal yang gampang menaklukkan kondisi seperti itu.
Tapi kalau saya, orang terdekat saya sudah memberikan dukungan, saya hanya bismillah. Dan kalau saya sudah bismilah itu saya tidak pernah berpikir kalah. Itu yang menjadikan saya semangat kerjanya luar biasa.
Saya bukan tidak dengar, bukan tidak baca survei. Survei kan malah setiap dua Minggu ada survei ini itu, saya bukan tidak baca. Baca banget survei itu. Tapi tidak tahu kenapa kalau dalam hal itu saya dibutakan. Ah peduli amat dengan survei.