Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman Serius bagi Ekosistem Pertanian di Indonesia

Selain itu, alih fungsi lahan juga membawa efek negatif pada kerusakan ekologi pedesaan, terutama terkait dengan hilangnya kawasan budidaya pertanian.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Alih Fungsi Lahan Jadi Ancaman Serius bagi Ekosistem Pertanian di Indonesia
dok. Kementan
Foto ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alih fungsi lahan menjadi ancaman serius bagi ekosistem pertanian di Indonesia.

Pasalnya, berubahnya lahan pertanian menjadi non-pertanian tersebut membawa dampak yang sangat luas.

Tak hanya soal ketahanan pangan saja, tetapi juga membawa dampak bagi kemiskinan petani dan kerusakan ekologi di pedesaan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Presidium Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) Gunawan.

Baca: Pengendara Wanita Disandera Seorang Pria di Batam, Berikut Kronologinya

Menurutnya, alih fungsi lahan membawa dampak langsung kepada kemiskinan petani.

"Dampaknya langsung jika tanahnya terjual tapi hasilnya habis untuk konsumsi, dan bukan modal kerja lagi. Tentu, juga sangat sulit mengubah dari petani menjadi profesi lain," kata Gunawan dalam siaran tertulis pada Rabu (11/3/2020).

Baca: Bekasi Fajar Industrial Estate Upgrade Sistem ERP

Selain itu, alih fungsi lahan juga membawa efek negatif pada kerusakan ekologi pedesaan, terutama terkait dengan hilangnya kawasan budidaya pertanian.

Berita Rekomendasi

Puluhan Ribu Hektar Pertanian Hilang

Seperti diketahui, alih fungsi lahan pertanian disebabkan berbagai faktor.

Tercatat, sebanyak 60.000 hektare lahan pertanian menyusut setiap tahunnya.

Penyusutan ini disebabkan karena alih fungsi lahan ke area non pertanian.

Biasanya, alih fungsi ini dilakukan untuk proyek pembangunan jangka panjang seperti perumahan, pabrik dan jalan tol dan fasilitas umum lainnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia Kuntoro Boga Andri.

"Angka sebesar itu nyaris setara dengan angka penurunan produksi sebanyak 300.000 ton setiap tahun," ujar Kuntoro Boga Andri dalam siaran tertulis pada Rabu (4/3/2020). 

Baca: Ini Progres Pembangunan Bandara Minangkabau Sumatera Barat

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas