Ratu Belanda Maxima Spontan Melepaskan Sarung Tangan Saat Berjabatan dengan Sri Sultan HB X
Ratu Maxima langsung melepas sarung tangan yang dipakai di tangan kanannya dan memindahkannya ke tangan kiri yang masih mengenakan sarung tangan.
Editor: Dewi Agustina
Disuguhi Tarian Beksan Lawung Ageng
Rombongan Raja dan Ratu Belanda ini disuguhi Tarian Beksan Lawung Ageng di Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta.
Pertunjukan seni budaya tersebut dilakukan setelah kedua belah pihak yakni dari Keraton Yogyakarta dan Kerajaan Belanda bertukar cinderamata dan menyaksikan koleksi benda pusaka di Tratag Proboyekso.
Tarian Beksan Lawung Ageng sendiri merupakan salah satu tarian karya Sri Sultan Hamengku Buwono I di mana naskahnya yang berbentuk Serat Kandha baru saja dikembalikan dari British Library Inggris ke Keraton Yogyakarta.
Baca: Sujiwo Tejo Curcol ke Tika Bisono di ILC, Malu pada Teman Berpenampilan Sangar yang Bisa Didik Anak
Baca: Sejumlah Pengguna Kereta Commuter Line Gunakan Masker Cegah Virus Corona
Berdasarkan informasi dari kratonjogja.id, Beksan Lawung Ageng merupakan tarian yang menjadi bagian upacara kenegaraan.
Layaknya tari gaya Yogyakarta lainnya, Beksan Lawung Ageng juga mengandung falsafah hidup.
Melalui tarian ini Sri Sultan Hamengku Buwono I menanamkan nilai-nilai keberanian serta ketangkasan seorang prajurit keraton.
Beksan Lawung Ageng diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) yang terinspirasi perlombaan watangan.
Watangan adalah latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajurit pada masa lalu.
Dalam watangan, yang juga dikenal dengan sebutan Seton karena dimainkan tiap hari Sabtu, seorang prajurit akan berkuda sambil membawa tombak berujung tumpul yang disebut lawung.
Baca: Tom Hank dan Rita Wilson Positif Corona: Kami Lelah dan Pilek
Baca: Selain Pelecehan 2 Siswi, Warga di Gang Ciracas Pernah Lihat Pria Berjaket Ojol Pegangi Alat Kelamin
Lawung tersebut kemudian digunakan untuk menyerang dan menjatuhkan lawan.
Perlombaan ini dahulu diadakan di Alun-Alun Utara dengan diiringi gamelan Kiai Guntur Laut yang memainkan Gendhing Monggang.
Beksan Lawung Ageng menggambarkan suasana berlatih perang dan adu ketangkasan dalam bermain tombak, sama seperti suasana pada saat watangan berlangsung.
Gerakan-gerakannya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.