Ibunda Jokowi Akan Dimakamkan di Pemakaman Keluarga Karanganyar, Besok Jam 1 Siang
Sujiatmi Notomiharjo akan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Kamis (26/3/2020) besok pukul 13.00 WIB.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Ibunda Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sujiatmi Notomiharjo akan dimakamkan di Kabupaten Karanganyar.
Sujiatmi akan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar.
Rencanana, Sujiatmi akan dimakamkan pada Kamis (26/3/2020) besok pukul 13.00 WIB.
Diketahui, Sujiatmi meninggal di RS DKT Surakarta, Rabu (25/3/2020) pukul 16.45 WIB.
Sujiatmi tutup usia pada 77 tahun karena sakit beberapa lama.
Baca: Ibunda Jokowi Tutup Usia, Mensesneg Beri Imbauan, Fadjroel Rachman: Kami Berdoa di Jakarta Saja
Baca: Jokowi Sebut Sang Ibunda, Sudjiatmi Notomiharjo Meninggal karena Kanker
Sujiatmi meninggalkan empat anak yaitu Joko Widodo, Iit Sriyantini, Titik Relawati, dan Ida Yati.
Ia juga meninggalkan sembilan cucu dan tiga cicit.
Sementara itu, dalam pernyataannya kepada wartawan, Jokowi mengatakan, ibundanya telah menderita sakit kanker selama 4 tahun.
Sujiatmi juga sudah menjalani pengobatan ke beberapa rumah sakit termasuk RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
"Ibu ini sudah 4 tahun menderita sakit kanker dan sudah berobat, berusaha, berikhtiar utamanya di RSPAD Gatot Soebroto, tetapi memang Allah sudah menghendaki (meninggal)," kata Jokowi.
Lebih lanjut, atas nama keluarga, Jokowi menyampaikan permohonan maaf untuk Ibundanya.
"Atas nama keluarga besar saya ingin memohonkan doa agar segala dosanya diampun Allah dan husnul khotimah," ujar dia.
Baca: Sederet Ucapan Duka Ibunda Jokowi Meninggal Dunia, Susi Pudjiastuti hingga Vino G Bastian
Sosok Sujiatmi
Dikutip dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Sujiatmi lahir dari keluarga pedagang kayu di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Sujiatmi adalah perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara putra dari Wirorejo dan Sani yang lahir pada 15 Februari 1943.
Meski ia satu-satunya anak perempuan, orangtuanya tak membeda-bedakan perlakuannya terhadap anak-anak mereka.
Saat kakak lelakinya bersekolah di SD Kismoyo, sekitar 5 kilometer dari rumah, Sujiatmi juga disekolahkan.
Kala itu, Sujiatmi kecil adalah satu-satunya siswa perempuan.
Teman-temannya di sekolah berasal dari tiga kampung di sekitar sekolah.
Jarak yang terbilang jauh itu ditempuh Sujiatmi dengan berjalan kaki, tapi tak jarang juga dengan bersepeda.
Pelajaran berhitung adalah yang paling disukai Sujiatmi.
Ia selalu merindukan kehadiran gurunya dan berusaha menjadi yang pertama mengacungkan jarinya untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas.
Kelak, kemampuan berhitung ini menjadi kelebihan Sujiatmi dalam membantu suaminya membangun usaha.
Sang suami, Widjiatno adalah kawan sepermainan Mulyono, kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.
Ketika bertemu dengannya, Widjiatno di bangku SMA, sedangkan ia di SMP.
Widjiatno, yang ketika dewasa mengubah nama menjadi Notomiharjo, tinggal bersama kakek-neneknya di Dusun Klelesan, masih tetangga Gumukrejo.
Orangtua Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 km dari Boyolali.
Sujiatmi dan Notomiharjo menikah di usia muda, pada 23 Agustus 1959.
Meski usianya masih muda, Sujiatmi dan Notomiharjo sudah dilibatkan dalam usaha kayu ayahnya.
Ketika itu, ayahnya sudah membuka usaha di Srambatan, Solo.
Ketika usahanya berkembang, dan ayahnya sudah mampu membangun rumah di Solo, seluruh keluarga pun boyongan ke Solo.
Masih dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Jokowi dan adik-adiknya sangat patuh terhadap ibundanya, Sujiatmi.
Sujiatmi tak pernah sekali pun memberi hukuman fisik pada keempat anaknya.
Sosok Sujiatmi juga dikenal dekat dengan keempat anaknya.
Bahkan kepada Sujiatmi jugalah Jokowi dan adik-adiknya biasa berkeluh kesah.
Sebab, Sujiatmi selalu pas dalam memberi nasihat.
"Kalau Ibu bilang tidak, kita ndak berani membantah. Anak-anak mau ke mana, Ibu yang ngarahin,” kata Iit, adik Jokowi.
Kepatuhan Jokowi dan adik-adiknya terbentuk karena Ibu Sujiatmi selalu konsisten.
Apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
Sang ibu tak gampang menjanjikan sesuatu untuk anak-anaknya.
Tidak ada janji hadiah kenaikan kelas, juga tidak ada iming-imingi sesuatu agar anak-anak tidak merengek.
Sujiatmi dan Noto juga menunjukkan sikap pekerja keras.
Betapa sulitnya dalam berusaha, mereka tak pernah berkeluh kesah di depan anak-anak mereka.
Ketika anak-anak menghadapi masalah, Sujiatmi juga berusaha tidak menyalahkan anak-anak ketika ada kesalahan dan menghadapi persoalan.
Disiplin, juga merupakan hal utama yang diajarkan Sujiatmi kepada anak-anaknya.
Rukun dan saling membantu adalah kunci Sujiatmi menyatukan keempat anaknya dalam satu ikatan persaudaraan yang kuat.
Sujiatmi juga mengajarkan anak-anaknya banyak bersyukur agar mengenal kata cukup.
“Harta itu titipan. Jangan dianggap kalau kita punya harta itu punya kita sendiri."
"Harta itu titipan Gusti Allah. Saya itu nggak patiyo (tidak terlalu) mikir harta."
"Anak-anak saya biar nanti cari sendiri, sudah dikasih rezeki sendiri. Orang hidup itu kalau sudah cukup ya sudah. Jangan serakah-serakah, cukup saja,” katanya.
Kesabaran dan dukungan penuh yang diberikan Sujiatmi kepada keempat anaknya menjadi pegangan mereka.
Seorang Jokowi pun selalu memohon doa restu kepada sang ibunda.
Termasuk saat ia maju sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden Indonesia.
Masih dari laman yang sama, Sujiatmi mengaku tak punya khusu untuk Jokowi.
Ia hanya berpuasa Senin-Kamis, salat tahajud, dhuha, salat rawatib, dan sunah-sunah lain semampu dia.
Selengkapnya kisah tentang Sujiatmi dapat disimak lewat tautan ini.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)