Kata Erick Thohir soal Indonesia yang Selalu Impor Bahan Baku Alkes, Padahal Mampu Produksi Sendiri
Melihat fenomena tersebut, kata Arya, Erick Thohir beranggapan selama ini ada mafia yang buat Indonesia terus-menerus mengimpor bahan baku alkes.
Editor: Whiesa Daniswara
Atas dasar itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan Erick untuk membangun industri farmasi di Indonesia.
"Jelas arahan Pak Jokowi kepada Pak Erick supaya memberantas mafia-mafia ini dengan membangun industri farmasi kita, sehingga bisa produksi sendiri kebutuhan kita," ujar Arya.
Baca: Kronologi dan Penjelasan RSUP Kariadi Semarang soal Puluhan Dokter Positif Virus Corona
Baca: Punya Banyak Bisnis, Raffi Ahmad Berusaha Tetap Gaji Karyawan dengan Uang Tabungan saat Corona
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saat ini mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih impor.
Mantan bos klub sepak bola Inter Milan ini mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.
"Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat."
"Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri," ujar Erick usai meninjau RS Pertamina Jaya, Kamis (16/4/2020).
Menurut Erick, mewabahnya virus corona di Indonesia harus dijadikan cambukan untuk mengubah hal tersebut.
Baca: Pandemi Virus Corona Bikin Raisa Belajar Tentukan Prioritas
Baca: Anggota Banggar DPR: Perppu Corona Berpotensi Langgar UUD 45
Dengan demikian, nantinya bangsa Indonesia tak akan lagi tergantung dengan negara lain.
"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor," kata Erick.
Tanggapan Aspaki
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), Ahyahudin Sodri, mengungkapkan banyaknya produk impor alat kesehatan disebabkan beberapa faktor.
"Tata niaga Alkes juga dicirikan oleh standar keamanan pasien yang tinggi dan bukan produk masal. Beberapa produk alkes hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh pasar," kata Ahyahudin kepada Kompas.com, Jumat (17/4/2020).
Menurut dia, tata niaga bisnis alat kesehatan di seluruh dunia diatur dengan ketat oleh regulasi, The Conformitè Europëenne (CE) di Eropa, The Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
"Begitu pula di negara China, Jepang dan Australia. Indonesia harus mengatur lebih ketat arus barang impor dengan regulasi (misalnya penerapan SNI dan uji produk impor)," terang Ahyahudin.
Baca: Update Corona Global Sabtu 18 April 2020 Pukul 14.00 WIB: 539 Kasus Baru di Brazil, Total 34.221
Baca: AS Ribut Virus Corona Berasal dari Laboratorium China, Pakar Top AS Ini Sangkal Teori Itu