Cerita Mahasiswa Jadi Relawan Hadapi Covid-19 di Garis Depan: Rasa Kemanusiaan Saya Terpanggil
Sekalipun ia bukan mahasiswa program studi rumpun ilmu kesehatan, tetapi ia tetap berniat untuk bergabung menjadi relawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cerita bagaimana perjuangan di garis depan menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 datang dari seorang relawan.
Javas Rizqi Ramadhan (21) adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang mengambil jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan program studi Kesejahteraan Sosial.
Melansir Kompas.com, Javas masih ingat betul bagaimana rasanya mengenakan alat pelindung diri (APD) selama ikut menangani pasien terkait virus corona.
“Ketika saya menggunakan APD, cukup meletihkan, karena saya tidak bisa bernafas secara leluasa, harus menahan buang air, menahan tidak makan dan minum untuk waktu yang cukup lama," kata Javas.
Javas bergabung menjadi relawan RSUI dan ditempatkan di unit Health Care Assistant (HCA) RSUI untuk membantu para perawat dalam menangani pasien virus corona.
Sekalipun ia bukan mahasiswa program studi rumpun ilmu kesehatan, tetapi ia tetap berniat untuk bergabung menjadi relawan.
Rasa kemanusiaannya terpanggil melihat kondisi terbatasnya tenaga medis.
“Ilmu Kesejahteraan Sosial yang selama ini saya tempuh semasa kuliah menjadi pendorong saya untuk bisa turun menjadi volunteer. Praktik kesejahteraan sosial yang menekankan empati dalam setiap penyelesaian permasalahan, menguatkan saya untuk bisa turun langsung menjadi relawan," kata Javas.
Dengan bergabung menjadi relawan, ia berharap bisa berkontribusi terhadap permasalahan tersebut.
“Saya juga sangat terinspirasi atas ajaran agama yang menyebutkan bahwa menyelamatkan satu orang manusia sama seperti menyelamatkan seluruh manusia. Terlebih support yang diberikan dari orang tua di kampung yang mendukung saya untuk bisa berkontribusi di tengah wabah corona, menjadi motivasi yang tak ternilai,” ujar Javas.
Javas menjalani tanggung jawab menjadi relawan dengan jadwal kerja sebanyak 4-5 hari kerja.
Setiap hari ia memperoleh satu shift (6-7 jam per hari).
Tugas Javas sebagai relawan diantaranya membantu perawat mengambil resep obat ke unit farmasi, mengantarkan sampel darah ke unit laboratorium, menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis, dan menyiapkan pakaian bagi para tenaga medis yang bertugas di unit HCA corona.
“Pekerjaan yang dipercayakan kepada saya merupakan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan kompetensi khusus di bidang kesehatan, sehingga tidak ada kendala yang berarti saat saya bekerja," tambah Javas.
Bagi Javas, pekerjaan relawan cukup menguras tenaga karena tugas yang dilakukan cukup berat.
Ia mengatakan setiap relawan harus mampu mengatur waktu untuk beristirahat dengan cukup dan mempersiapkan kondisi fisik yang prima.
Saat menjalankan tugas relawan, ia memperoleh banyak dukungan mulai dari keluarga, teman kelompok kuliah, para dosen, tim Kemahasiswaan FISIP UI, Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, hingga Dekan FISIP UI.
Dengan statusnya yang masih mahasiswa, Javas menyebutkan bahwa RSUI mengizinkan untuk melakukan penyesuaian jadwal menjadi relawan dengan jadwal kuliah yang ia miliki.
“Di awal, membagi diri untuk mengerjakan tugas dan relawan terasa cukup berat, tetapi lambat-laun saya mulai membiasakan untuk mengefektifkan seluang apapun waktu yang saya miliki untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah,” kata Javas yang saat ini tengah menempuh kuliah semester enam.
Javas berharap agar masyarakat dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik menjadi relawan, atau memberikan donasi, atau cukup dengan menaati pemerintah seperti berdiam diri di rumah, menggunakan masker jika terpaksa harus keluar rumah, dan tak mudik.
Javas juga berharap agar masyarakat dapat menciptakan suasana kondusif di tengah pandemi virus corona dengan mencegah penyebaran kabar hoax serta stop memberikan stigma negatif terhadap tenaga medis.
Dicari Orang-orang yang Ingin Jadi Relawan
Tim Koordinasi Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 masih terus membuka pendaftaran bagi para calon relawan.
Atas nama negara, Gugus Tugas memanggil jiwa-jiwa pahlawan untuk ikut berjuang melawan pandemi Covid-19.
Baca: DPR Minta Luhut Tindaklanjuti Pelarangan Mudik, Setop Pengoperasian Transportasi Umum
“Kami berterima kasih kepada para relawan. Hingga hari ini, masyarakat masih menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk dapat terlibat dalam kerja-kerja kemanusiaan melawan pandemik Covid-19,” ujar Andre Rahadian, Koordinator Tim Relawan Gugus Tugas dalam keterangannya, Selasa (21/4/2020).
Andre kembali menyebutkan, link yang dapat diakses masyarakat yang bersedia menjadi relawan.
Adapun link yang dapat diakses adalah http://deskrelawanpb.bnpb.go.id/covid-19/
Bersama segenap tim koordinator relawan, Andre mengoptimalkan sistem perekrutan yang sudah dibuat.
Antara lain sistem FIFO (first in first out), atau dengan kata lain prioritas bagi pendaftar yang lebih awal.
“Di samping, pertimbangan kriteria dan protokol serta prosedur yang ada,” tambahnya.
Ditambahkan, jalur menjadi relawan melawan Covid-19, tidak hanya ada di bawah kendali Gugus Tugas, atau di bawah BNPB, tetapi bisa juga masuk melalui Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, dan berbagai komunitas yang ada di berbagai daerah yang dikoordinir oleh berbagai bentuk ormas dan lembaga swadaya masyarakat.
Terakhir, Andre meng-update data hingga 18 April 2020 pukul 18.00, yang masuk siteroom Tim Koordinasi Relawan berjumlah 25.887 orang.
Mereka terdiri atas Relawan Medis 21.072 orang, Relawan Non Medis 4.815 orang, dan Relawan Hotline 2.167 orang.
Baca: Pemerintah Larang Masyarakat Mudik, PKS: Keputusan yang Terlambat
Tambahan data didapat dari Kemendikbud melalui koordinasi via video call. Tak kurang dari 15.000 mahasiswa telah siap bergabung bersama Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19.
“Mari, kaum milenial dan seluruh masyarakat Indonesia, darmakan baktimu untuk Ibu Pertiwi,” kata Andre Rahdian.
Kerjasama Himpinan Alumni
Tidak berhenti sampai di situ, Tim Relawan Gugus Tugas juga menggalang kerjasama dengan Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Negeri (Himpuni).
Bentuknya, membuat program kerjasama dengan 40 ikatan alumni PTN untuk mensuport tenaga medis termasuk pemberian APD di seluruh Indonesia melalui Himpuni.
“Kegiatan ini sudah kami mulai laksanakan pada tanggal 18 April 2020 dengan lima-belas perguruan tinggi dan Akan terus berjalan” tandas Andre.
Adapun ke-15 perguruan tinggi dimaksud adalah: Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Brawijaya, Universitas Terbuka, Universitas Hasanudin, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret, Universitas Andalas, dan Universitas Jember.
"Kami menerima usulan dan lokasi serta juga menyusun program bersama untuk masing-masing jaringan alumni di daerah. Nantinya, masing-masing organisasi wajib membuat laporan tujuh hari setelah kegiatan,” tambah Andre.
Insentif bagi Relawan
Dalam kesempatan itu, Andre Rahadian juga merasa perlu menyampaikan ihwal simpang-siurnya informasi seputar insentif bagi para relawan.
Tim Relawan memang mengalokasikan insentif untuk para tenaga medis yang sudah bertugas dibawah koordinasi BPPSDM Kesehatan.
Bentuk apresiasi tersebut berupa Insentif Tambahan sebesar masing-masing Rp 1 jt.
“Saat ini sudah 304 Relawan Medis yang diberikan insentif tambahan yang sudah ditempatkan di Wisma Atlet,” katanya.
Kemudian terkait permintaan relawan, Andre juga memberi penjelasan ihwal protokol alur permintaan relawan dari lembaga-lembaga yang sudah difinalisasi.
Intinya, tim relawan mempersiapkan relawan medis, non medis, pendukung data yang dihimpun dari link BNPB, Kemendikbud, Kemenkes, dan BUMN.
Seluruh pihak yang membutuhkan relawan tersebut bisa menghubungi masing-masing bidang peruntukan.
Setiap bidang bisa memproses permintaan kebutuhan relawan dan harus sepengetahuan ketua bidang masing-masing.
Adapun persetujuan pemberian data relawan dilakukan oleh Ketua Tim Koordinator.
“Protokol ini penting untuk mempermudah akses kebutuhan relawan di seluruh Indonesia,” pungkas Andre Rahadian.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kisah Relawan Mahasiswa: Letihnya Pakai APD dan Rasa Kemanusiaan