Kisah Viral Pak Ngadino: Tukang Becak Numpang Pipis Diteriaki Maling, Dibogem Satpam Museum
Dengan sangat jelas, Ngadino yang dituduh pencuri babak belur dihajar tiga orang satpam Museum Keris.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Malang benar Pak Ngadino. Pria asal Sukoharjo yang sehari-hari mengais rezeki dengan menjadi tukang becak di Kota Solo ini menjadi sasaran pemukulan oleh tiga satpam Museum Keris di Kota Solo.
Dia diduga dipukuli karena hal sepele, menumpang pipis lalu diteriaki maling. Video rekaman pemukulan atas Ngadino oleh tiga satpam Museum Keris Solo pun viral di media sosial.
Aksi penganiayaan yang dialami tukang becak bernama lengkap Ngadino Dipto Wiyono itu memancing perhatian Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Gubernur meminta kepada Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo dan Kapolresta Solo, Kombes Andy Rifai, agar kasus ini diusut tuntas.
Keluarga korban yang tak terima melaporkan peristiwa itu ke kepolisian. Tukang becak tersebut dituduh pencuri hingga dianiaya oleh satpam.
Dugaan penganiayaan terjadi pada Jumat (17/4/2020) pukul 15.30 WIB di museum yang berada di Jalan Bhayangkara Nomor 2, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Namun video berdurasi 30 detik itu viral pada Minggu (19/4/2020) setelah tersebar di berbagai akun medsos.
Kronologi Versi Keluarga
Menantu Ngadino, Toni Handriyanto menceritakan kejadian dugaan penganiayaan terjadi seusai mertuanya menurunkan penumpang di selatan Museum Keris.
Setelah itu, Ngadino bermaksud menumpang buang air di sebuah toilet yang terletak di Museum Keris Solo.
"Kemudian melompat pagar, maksudnya cuma mau kencing, setelah mau balik diteriaki maling," tutur Toni kepada TribunSolo.com, Senin (20/4/2020).
Menurut Toni, Ngadino sebenarnya sudah biasa mangkal di daerah Museum Keris.
Bahkan, Ngadino sudah mangkal di sana sejak 1982, dan memang sudah biasa numpang buang air di Museum Keris.
"Harusnya satpam sudah hafal, tapi ini satpam memang arogan," ujar Toni kepada TribunSolo.com, Senin (20/4/2020).
Setelah naik pagar, Ngadino diteriaki maling dan dikeroyok satpam Museum Keris.
"Tanpa pemberitahuan dipukuli, bapak sudah coba memberi kejelasan, tapi sama sekali tidak didengar tetap disalahkan terus," imbuhnya membeberkan.
Tiga oknum satpam kemudian diduga melakukan pemukulan dengan tangan kosong dan tongkat kayu mengarah ke wajah Ngadino.
"Memukulnya pakai benda dan tangan kosong, juga tendangan, saya pikir satpam mungkin interogasi dulu ngapain kamu kesini, tapi tidak, malah main hakim sendiri," ujar Toni.
Insiden ini sempat terekam, dan videonya beredar di media sosial.
Seusai mendapatkan perlakuan itu, Ngadino tidak diperbolehkan pulang dan dibawa ke Kantor Kelurahan Sriwedari.
"Petugas kelurahan cuma ada dua orang, oknum satpam itu bilang, ini habis lompat pagar, setelah itu ditinggal tanpa kejelasan," kata Toni.
Petugas Kelurahan Sriwedari kemudian menelpon Polsek Laweyan supaya segera datang ke kantor kelurahan.
"Petugas Polsek datang terus tanya kronologi kejadiannya bagaimana, terus dijelaskan sama bapak saya," jelas Toni.
"Setelah dijelaskan, muka bapak dibersihkan dan diberi Betadine, terus suruh pulang, tanpa pelaku ditanyai," imbuhnya membeberkan.
Ngadino kemudian pulang ke rumah di daerah Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
"Pukul 19.00 WIB, saya diberi kabar, langsung keluar dan saya ajak periksa ke Rumah Sakit dr Oen Solo Baru," ucap Toni.
Rekaman Video
Dengan sangat jelas, Ngadino yang dituduh pencuri babak belur dihajar tiga orang satpam.
Saat itu satpam mengintrogasi tukang becak Ngadino Cipto Wiyono, warga Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Sembari minta maaf karena kencing melewati pagar, Ngadino justru dihadiahi bogem mentah dan tendangan.
Bahkan seorang yang membawa kayu pramuka menyarangkan ke leher korban.
"Biasa wae, an**** kau," ucap seorang satpam dengan nada emosi yang melontarkan kata-kata hewan tidak senonoh.
Saat dikonfirmasi Kapolsek Laweyan, Kompol Ari Sumarwono, jike video yang viral benar adanya di wilayahnya.
"Kejadian itu benar, tetapi itu hanya kesalahpahaman," ungkap Ari kepada TribunSolo.com, Minggu (19/4/2020).
Menurut dia, tukang becak sempat melompat pagar ke museum milik Pemkot Solo itu tanpa izin.
"Alasannya ingin kencing, lalu satpam curiga, dikirannya ingin melakukan kejahatan lalu satpam ini main hakim sendiri," kata Ari.
Bahkan polisi yang piket saat itu datang ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengecek keadaan dan mediasi kedua belah pihak.
"Kami langsung adakan mediasi dan keduanya saling memaafkan," ujar Ari.
Ari mengatakan tidak ada ganti rugi dalam hasil mediasi saat itu.
"Tidak ada kompensasi, karena kedua belah pihak sama-sama orang kurang mampu," tutur Ari.
Ari menjelaskan bahwa menurutnya kedua belah pihak sama-sama melakukan kesalahan.
"Dari satpam yang main hakim sendiri hingga lakukan penganiayaan, dari tukang becak sendiri, ia masuk tanpa izin," terangnya.
Keluhan Keluarga
Keluarga tukang becak Ngadino Cipto Wiyono kini telah melaporkan dugaan penganiayaan yang dilakukan 3 oknum satpam ke Polresta Solo.
Kejadian itu terjadi di depan pos satpam Museum Keris Solo, Jumat (17/4/2020) sekira pukul 15.30 WIB.
Menantu Ngadino, Toni Handriyanto mengaku pihak keluarga sebetulnya sudah mencoba melapor ke Polsek Laweyan.
"Baru malamnya, saya langsung ke Polsek buat laporan, sama sekali tidak ada tanggapan, saya tunggu sampai Sabtu siang," aku Toni kepada TribunSolo.com, Senin (20/4/2020).
"Polsek harusnya diinterogasi, ini cuma kayak ditulis tangan identitas korban terus disuruh pulang," imbuhnya membeberkan.
Toni kemudian dibantu seorang yang diduga Bhabinkamtibnas Grogol melapor ke Polresta Solo.
"Sabtu sekira pukul 14.00 WIB buat laporan ke Polresta Solo," katanya.
Pihak keluarga sampai saat ini tengah menunggu proses lanjutan kasus dugaan penganiayaan yang menimpa Ngadino.
"Masih nunggu proses dari pihak Polres Solo," ujar Toni.
"Nanti mediasi dulu tidak apa-apa, pihak keluarga nuntut keadilan," tandasnya.
Tiga Satpam Diperiksa
Sebanyak 3 satpam yang diduga menganiaya tukang becak menjalani pemeriksaan di kantor Polresta Solo.
Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan Kota Solo, Didik Sunaryono mengatakan mereka saat ini tengah dimintai klarifikasi.
Mereka merupakan anak buahnya yang menjaga Museum Keris di Jalan Bhayangkara Nomor 2, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
"Saat ini baru dipanggil, dimintai klarifikasi," terang Didik kepada TribunSolo.com, Senin (20/4/2020).
"Ini saya juga akan memenuhi panggilan, mau berangkat ke kantor Polresta Solo," imbuhnya membeberkan.
Didik tidak menampik ada unsur dugaan tindakan main hakim yang dilakukan 3 satpam itu.
"Baru diproses secara hukum karena ada tindakan main hakim sendiri," tuturnya.
Hanya saja dia menyayangkan tindakan aksi koboi yang dilakukan 3 satpam anak buanya terhadap tukang becak.
"Yang disayangkan itu kok teman-teman satpam sampai seanarkis itu, seharusnya petugas keamanan harus sesuai prosedur," kata dia.
"Harusnya dibawa ke kantor polisi, bagaimana ditanya atau apalah jangan sampai main hakim sendiri," tambahnya.
Dia menambahkan, Museum Keris dan rekanan telah mendatangi kediaman tukang becak di daerah Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
"Tadi kita ke rumah korban meminta maaf, secara institusi dan rekanan minta maaf," ucapnya.
UPT Museum Klaim Sudah Berdamai
Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan Kota Solo, Didik Sunaryono mengklaim 3 satpam dan tukang becak sudah berdamai.
Itu dilakukan seusai kejadian dugaan pemukulan di depan pos satpam Museum Keris Solo.
"Sudah damai, memang belum ada hitam di atas putih, itu disampaikan secara lisan," aku Didik kepada TribunSolo.com, Senin (20/4/2020).
Proses damai tersebut dilakukan di Kantor Kelurahan Sriwedari dan atas sepengetahuan Polsek Laweyan.
"Saya pikir sudah selesai di kelurahan, sudah saling minta maaf, selesai," kata Didik.
"Sudah diselesaikan, sudah diobati, memang semua mengakui kesalahan," imbuhnya membeberkan.
Pihak keluarga kemungkinan tidak terima kemudian melayangkan laporan ke Polresta.
"Pulang ke rumah, pihak keluarga tidak terima, langsung buat laporan, difoto, diupload dan sebagainya terus viral," ujar Didik.
Didik menuturkan pihaknya sampai saat ini belum memikirkan sanksi yang akan diberikan 3 oknum satpam tersebut.
Sanksi akan menunggu hasil pemeriksaan di Kantor Polresta Solo.
"Belum sampai ke situ, masih nunggu pemeriksaan dulu, baru kondisi seperti ini, kita masih mempertimbangkan kemanusiaan," ucap Didik.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Tukang Becak Numpang Buang Air Kecil Dianiaya Satpam Museum: Minta Maaf Malah Dapat Bogem
Penulis: Ferdinand Waskita