Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KPAI Ungkap Keluh Kesah Pelajar Belajar di Rumah

Sistem pembelajaran di rumah diberlakukan untuk mencegah penyebaran coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang dialami banyak negara

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in KPAI Ungkap Keluh Kesah Pelajar Belajar di Rumah
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Siswa belajar dari rumah didampingi orangtua, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta memperpanjang masa belajar di rumah selama wabah Covid-19 hingga 19 April 2020 mendatang. Mulanya masa kegiatan belajar di rumah bagi siswa-siswi diberlakukan selama dua pekan, terhitung sejak 16 Maret sampai 29 Maret 2020. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkap sistem belajar di rumah tidak disukai siswa. Berbagai kendala dialami siswa mulai dari metode pembelajaran hingga ketersediaan kuota internet.

Hal itu diungkap berdasarkan Survei Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Sistem Penilaian Jarak Jauh Berbasis Pengaduan KPAI.

Sistem pembelajaran di rumah diberlakukan untuk mencegah penyebaran coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang dialami banyak negara di dunia termasuk Indonesia.

Baca: 6 Gejala Baru Virus Corona: Nyeri Otot hingga Sakit Kepala

"Dari 1700 responden, saat ditanya setelah 4 minggu menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh apakah senang belajar dari rumah? Ternyata siswa menyatakan tidak senang belajar dari rumah sebanyak 76,7 persen dan hanya 23,3 persen menyatakan senang," ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, pada saat memaparkan hasil survei, Senin (27/4/2020).

Baca: Kota Ambon Berstatus Zona Merah Covid-19, Pemda Segera Usulkan PSBB

Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa mayoritas siswa tidak senang belajar dari rumah. Pertama, metode pembelajaran guru.

Baca: Dewan Pengawas KPK Evaluasi Firli Bahuri Dkk: Kedeputian Penindakan Jadi Sorotan

Dia menjelaskan, selama PJJ berlangsung, interaksi guru dan siswa sangat sedikit. Hal ini terlihat dari hasil survei, di mana sebanyak 79,9 persen responden menyatakan tidak ada interkasi sama sekali. Sedangkan, 20,1 persen responden menyatakan ada interaksi.

Berita Rekomendasi

Berdasarkan hasil survei itu, interaksi hanya terjadi pada saat guru memberikan dan menagih tugas itu. Selebihnya tidak ada interaksi belajar seperti tanya jawab langsung atau aktivitas guru menjelaskan materi.

"Bentuk interaksinya melalui chatting 87,2 persen, 20,2 persen menggunakan aplikasi zoom meeting, 7,6 persen menggunakan aplikasi video call WhatsApp, dan 5,2 persen responden menggunakan telepon untuk langsung bicara dengan gurunya," kata dia.

Alasan kedua, menumpuknya tugas. Dia memaparkan sebanyak 77,8 persen, siswa mengeluhkan kesulitan ketika belajar di rumah karena tugas menumpuk. Hal ini, karena seluruh guru memberikan tugas pada waktu yang sempit.

"Sedangkan, 37,1 persen responden mengeluhkan waktu pengerjaan tugas yang sempit, sehingga membuat siswa kurang istirahat dan kelelahan," tuturnya.

Alasan ketiga, siswa tidak memiliki kuota internet.

"Kesulitan selanjutnya sebanyak 42,2 persen menurut responden adalah tidak memiliki kuota internet. Selain kuota, ternyata 15,6 persen responden tidak memiliki peralatan PJJ yang memadai, seperti laptop atau handphone yang spesifikasi memadai untuk belajar daring," tambahnya.

Untuk diketahui, kajian itu menggunakan metode deskriptif kualitatif. Survei dilaksanakan dengan teknik multistage random sampling.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas