Mendikbud: Menetapkan Standar Setiap Tahun Itu Tidak Masuk Akal
konsep penetapan standar di setiap tahun dengan silabus dan sebagainya merupakan hal yang tidak masuk akal.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim gencar mensosialisasikan reformasi pendidikan nasional dengan konsep Merdeka Belajar.
Menurutnya, konsep penetapan standar di setiap tahun dengan silabus dan sebagainya merupakan hal yang tidak masuk akal.
“Harusnya kurikulum itu lebih seperti supermarket dimana guru bisa mencari makanan yang pas sesuai level materinya. Sehingga materi tidak terlalu sulit atau mudah tapi pas,” ujar Mendikbud dalam Webinar, Selasa (5/5/2020).
Baca: Komisi X DPR Tunda Rapat dengan Kemendikbud karena Paparan Nadiem Tak Lengkap
Baca: Mendikbud: Akses Intenet Jadi Tantangan Konsep Merdeka Belajar di Lokasi Terpencil
Nadiem menuturkan murid di setiap sekolah bahkan di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.
Mereka memiliki kebaragaman minat, kemampuan dan bakat yang berbeda yang tidak semua dapat diukur dengan angka.
“Dengan macam aktivitas maupun ekstrakurikuler mereka diluar, yang mungkin jadi passion mereka harusnya diberikan pengakuan dan sarana yang bisa menjadi pendidikan, bukan hanya sekedar ekstrakurikuler,” lanjutnya
Memberikan fleksibilitas bagi guru untuk menentukan level pembelajaran yang benar serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa mengukur muridnya adalah sesuatu hal yang dapat mengakomodasi keberagaman.
Penyebaran wabah virus corona (Covid-19) diakuinya telah menunjukkan adanya jarak yang besar antara daerah yang memiliki akses teknologi, teruatama internet dan yang tidak.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk meratakan akses agar semua daerah memiliki materi yang sama.
Oleh karena itu penting bagi pemerintah memastikan sekolah di Indonesia memiliki akses internet serta memiliki fasilitas yang memadai untuk mengatasi keberagaman setiap daerah.
“Sebenarnya teknologi punya kesempatan untuk meratakan akses ke materi atau pembelajaran yang sama. Tapi kalau tidak diberikan akses, yang butuh (akses) itu mereka akan ketinggalan,” ujarnya.