Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Psikologi Sebut Pandemi Covid-19 Membuat Perubahan Baru di Masyarakat

Pakar Psikologi Politik, Hamdi Muluk menilai bahwa kondisi psikologis seseorang memengaruhi penanganan Covid-19.

Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pakar Psikologi Sebut Pandemi Covid-19 Membuat Perubahan Baru di Masyarakat
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP dan Dishub berjaga saat menegur pengendara sepeda motor yang tidak menggunakan masker pada kegiatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2020). Mulai hari ini petugas gabungan melakukan penindakan berupa teguran kepada pengendara yang melanggar aturan PSBB guna memutus rantai penyebaran virus corona Covid-19. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Psikologi  Politik dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk menilai bahwa kondisi psikologis seseorang memengaruhi penanganan Covid-19.

Itu lantaran Covid-19 merupakan fenomena yang multidimensi.

"Jadi ini saling kait mengait. Kondisi pandemi ini membuat kondisi sosial ekonomi berubah dan juga kondisi psikologis kita terpengaruh. Kita menjadi sekarang tidak pasti, menjadi galau dan gundah, menjadi ketakutan, stres dan depresi, paranoid dan seterusnya," ujarnya dalam siaran Youtube BNPB, Minggu (10/5/2020).

Dirinya pun menyebut setiap orang perlu memiliki kesejahteraan psikologis.

Dengan kesejahteraan pskologis, hal-hal positif lainnya mengikuti.

"Menurut riset, kesejahteraan psikologis ini memengaruhi imunitas, padahal imunitas ini kata kunci dalam melawan pandemi. Jadi pandemi itu dampaknya akan tidak terlalu dahsyat kalau setiap orang itu imun baik secara psikologis maupun fisik," kata Hamdi.

Jika kesejahteraan psikologis tak ditata, Hamdi mengatakan usaha pelandaiannya kurva Covid-19 akan terkendala, sebab perilaku yang juga tidak mendukung.

Berita Rekomendasi

Hamdi juge menyebut kondisi pandemi ini membuat banyak perubahan baru di setiap aspek.

"Orang bilang ini disruptif, tiba-tiba sesuatu yang normal luluh lantak, situasi tidak normal sekarang. Mungkin nanti orang meramalkan setelah ini terbentuk normalitas baru atau new normal," ujarnya.

"Jadi kondisi pandemi ini mendisrupsi besar-besaran aspek psikologis kita bahwa dianggap kondisi ini sebuah ancaman yang mudah menggerogoti kesehatan psikologis kita," pungkasnya.

Kebijakan pemerintah

Lebih jauh, Hamdi Muluk mengatakan, pemerintah Indonesia sudah melakukan metode penanganan pandemi Covid-19 yang juga diterapkan seluruh negara terdampak.

Namun, kata dia, metode penanganan berupa kebijakan-kebijakan itu perlu dukungan masyarakat agar efektif.

Setidaknya, ada lima metode yang diterapkan di negara-negara terpapar Covid-19, termasuk Indonesia. Dalam penerapannya, tinggal dilihat bagaimana penekanan, variasi, serta intensitasnya.

"Pemerintah sudah melakukan kelimanya, tinggal sekarang kelima metode ini perlu dukungan perilaku masyarakat, karena kebijakan ini objek dan subjeknya orang, yang berperilakunya manusia," kata Hamdi seperti dikutip dari Kompas.com.

Hamdi Muluk
Hamdi Muluk (ist)

Pertama, soal komunikasi risiko. Hamdi mengatakan, pemerintah harus memastikan bahwa komunikasi kemasyarakatan tentang Covid-19 ini sampai secara proporsional, tepat, akurat sehingga tidak ada info yang simpang siur dan keliru.

Informasi yang disampaikan terkait Covid-19, kata dia, tidak boleh bias dan menakut-nakuti sehingga orang menjadi paranoid serta stress berlebihan.

Namun juga tidak boleh mengatakan pandemi Covid-19 ini tidak bahaya karena membuat orang menjadi tidak peduli dan menganggapnya enteng.

"Manajemen info kata kunci karena ini akan mempengaruhi pola pikir orang, emosi, dan caranya berperilaku. Jadi seakurat mungkin jangan sampai keliru, ambigu, berkembang jadi hoaks dan rumor. Ada juga teori konspirasi, jangan sampai ditangkap masyarakat," kata dia. 

Kedua, soal aspek higienitas terkait protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, menjaga kebersihan pribadi, dan lingkungan harus maksimal.

Ketiga, penerapan pembatasan fisik dengan istilah social atau physical distancing yang terdiri dari beberapa variasi juga harus ketat.

Mulai dari lockdown hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dipilih Indonesia.

Keempat, kebijakan untuk mempercepat tes massal Covid-19 seluas-luasnya untuk mengetahui pemetaan daerah mana yang masuk kategori zona merah, kuning, atau hijau.

Tujuannya agar diketahui daerah bersangkutan perlu ditutup atau tidak

Kelima, soal terapi medis, antara lain soal pengobatan, kelengkapan alat pelindung diri (APD), alat bantuan medis, hingga memaksimalkan rumah sakit.

Hal tersebut diperlukan karena vaksin Covid-19 masih belum ditemukan dan membutuhkan waktu lama.

"Supaya maksimal, kita perlu menyiapkan setiap orang mempunyai penataan diri, hati, emosi, dan pikiran semaksimal mungkin sehingga kita tangguh secara ekonomi, fisik, sosial, dan spritiual," kata dia.

Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas