DKK Salurkan Donasi untuk 434 Buruh Gendong Pasar Yogyakarta Terdampak Covid‐19
Acara serah terima donasi dilakukan pada hari Jumat, 15 Mei 2020, di Pasar Giwangan dan Pasar Beringharjo.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) terus bergerak menyalurkan donasi kemanusiaan untuk masyarakat yang terdampak Covid‐19, utamanya untuk para pekerja di sektor informal dan kelompok masyarakat rentan lainnya.
Salah satu wujud donasi tersebut disalurkan melalui Yayasan Annisa Swasti (YASANTI) kepada 434 buruh gendong, yaitu pekerja perempuan kuli angkut barang bagi orang‐
orang yang berbelanja barang (pembelanja) maupun pedagang di pasar‐pasar Yogyakarta.
Acara serah terima donasi dilakukan pada hari Jumat, 15 Mei 2020, di Pasar Giwangan dan Pasar Beringharjo dengan penerapan prinsip kesehatan seperi pemakaian masker dan jaga jarak (physical distancing) untuk meminimalisasi kerumunan.
“Kami dari Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyampaikan amanat berupa donasi dari para pembaca Harian Kompas yang tergerak memberikan kontribusi sosial untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid‐19."
Baca: Tampang Lebih Macho, All New BMW X6 Hanya Dijual 10 Unit
"Salah satu donasi tersebut kami salurkan untuk ibu‐ibu buruh gendong, yang di hari‐hari
sulit ini masih aktif bekerja di pasar‐pasar Yogyakarta,” papar Saiful Bahri selaku perwakilan DKK pada acara serah terima donasi di Pasar Beringharjo Yogyakarta.
Ia berharap donasi ini dapat membantu pemenuhan kebutuhan bahan pokok keluarga sekaligus meningkatkan perlindungan kesehatan para buruh gendong.
Baca: Dana Kemanusiaan Kompas Salurkan Bantuan ke Seniman dan Tunanetra Terdampak Covid-19
Total sebanyak 434 paket bahan pokok disalurkan kepada buruh gendong di 4 pasar Yogyakarta, yakni Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, Pasar Giwangan, dan Pasar Gamping.
Selain paket bahan pokok, para buruh gendong juga menerima bantuan masker kain dan sabun cuci tangan sebagai perlengkapan pelindung diri untuk meminimalisasi penyebaran virus Covid‐19 karena sehari‐hari mereka memegang aneka barang dan berinteraksi dengan orang‐orang di pasar.
Baca: Sejak Awal Saya Menduga Pemerintah Akan Berselancar, Putusan MA Dilawan dengan Aturan Baru. . .
Menurut Ketua YASANTI, Nadlrotussariroh, di tengah pandemi Covid‐19 yang mengharuskan setiap orang untuk di rumah saja, buruh gendong setiap hari masih terus berjuang mencari pendapatan di pasar karena tuntutan kebutuhan keluarga.
“Buruh gendong, atau bahasa lokalnya kita sebut endong‐endong, ini adalah pahlawan keluarga. Dengan penghidupan yang bergantung pada hasil gendongan, mereka masih
harus beredar dan bekerja di pasar saat kondisi pandemi seperti ini."
"Tak sedikit di antara ibu‐ibu ini yang cukup sepuh usianya. Sehari‐hari mereka mengangkat beban puluhan kilo sampai ada yang seratus kilo, karena menggendong barang adalah sandaran hidupnya,” ujarnya.
YASANTI merupakan lembaga yang melakukan pendampingan dan penguatan gerakan perempuan pada tataran akar rumput, khususnya pada kelompok pekerja perempuan di sektor informal.
Salah satunya pendampingan terhadap buruh gendong di pasar‐pasar Yogyakarta yang telah dilakukan sejak tahun 1983.
Kontribusi untuk buruh gendong selain berupa donasi, dalam prosesnya juga berupaya menstimulasi penguatan dan pemberdayaan usaha masyarakat.
Dalam setiap paket donasi, misalnya, disertakan juga komponen wedang uwuh yang merupakan produk dari Paguyuban Sayuk Rukun.
Yakni kelompok usaha buruh gendong di Pasar Beringharjo.
Kontribusi lain berupa penguatan usaha tani juga dilakukan dalam pengadaan komponen beras dalam paket donasi, di mana pembeliannya dilakukan secara langsung ke kelompok tani Dewi Ratih II dari wilayah Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten.