Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Penerapan New Normal di Tengah Pandemi Covid-19, Pakar Ekonomi Beri Saran Ini

Pakar Ekonomi dari UNS, Lukman Hakim, turut menyoroti rencana pemerintah terkait penerapan kenormalan baru (new normal) dalam menghadapi pandemi

Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Soal Penerapan New Normal di Tengah Pandemi Covid-19, Pakar Ekonomi Beri Saran Ini
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo berjalan saat meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

"Sehingga menurut saya pemerintah harus mengantisipasi hal tersebut jika ingin menerapkan new normal," tegasnya. 

Yakni dengan memperketat pengawasan dan memastikan masyarakat dapat disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Lebih lanjut, Lukman menuturkan ukuran keberhasilan dari penerapan new normal ini bukan pada ekonomi yang dapat kembali seperti sediakala sebelum terjadi pandemi.

Akan tetapi adanya perubahan perilaku masyarakat yang secara disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Baca: Jokowi Minta Uji Spesimen Corona Dilakukan Secara Masif untuk Menghadapi New Normal

"Sebenarnya (ukuran keberhasilannya) masyarakat sudah terbiasa dalam melakukan aktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan."

"Dimana nantinya seluruh masyarakat selalu menggunakan masker saat ke luar rumah. Kemudian tidak ada kontak langsung antar satu sama lain seperti bersalaman."

"Sebelum ditemukan vaksin kita juga harus dapat menyesuaikan itu," jelasnya.

Berita Rekomendasi

Karena dengan adanya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di kehidupan mereka, akan membuat ekonomi bisa berjalan baik secara bertahap. 

"New normal itu maksudnya kita kemudian mencoba untuk menyesuaikan dengan situasi yang kita hadapi saat ini, yakni dengan kenormalan yang baru."

"Tidak hanya ekonomi, semua sektor harus bergerak dengan Protap yang lebih ketat dalam menjalankan new normal," tegasnya. 

Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Retno Tanding Suryandari, menilai kenormalan baru ini belum sangat mendesak untuk diterapkan.

"New normal adalah kenormalan yang tidak normal, sebagai cara baru untuk beraktivitas."

"Kalau sangat, jawaban saya belum sangat mendesak (penerapan new normal)," ujar Retno saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (27/5/2020) pagi. 

Presiden Joko Widodo diperiksa suhu tubuhnya saat meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo diperiksa suhu tubuhnya saat meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Kendati demikian ia mengatakan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan pasti sudah berdasarkan perhitungan yang tepat. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas