Antisipasi Terjadinya Gelombang Kedua setelah New Normal Diterapkan, Ini Saran Pakar Epidemiologi
Seorang ahli Epidemiologi menyebutkan kesiapan layanan kesehatan menjadi indikator dalam penerapan new normal.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Pakar Epidemiologi FKM UI, Pandu Riono mengungkapkan satu dari beberapa indikator penerapan new normal adalah kesiapan layanan kesehatan agar bisa mengantisipasi adanya gelombang kedua.
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Sabtu (30/5/2020).
Pandu menyebutkan, indikator ilmiah yang menentukan suatu daerah sudah bisa melakukan new normal adalah dengan melihat angka reproduksi.
Baca: Anggota DPR Nilai Pesantren Perlu Perhatian Khusus dari Pemerintah di Masa New Normal
Angka itu bisa didapatkan apabila memiliki data yang akurat dari pemerintah.
Meski demikian, Pandu juga memiliki tiga indikator lainnya untuk menerapkan new normal.
Yakni dengan menggunakan parameter epidemiologi, kesehatan publik, serta kesiapan layanan kesehatan.
"Indikator yang objektif adalah angka reproduksi dan itu bisa dihitung kalau data akurat," terang Pandu.
"Kalau kita tidak yakin kita memiliki tambahan yaitu tiga indikator."
"Indikator epidemiologi, indikator kesehatan publik, dan indikator kesiapan layanan kesehatan," tambahnya.
Dalam parameter epidemiologi, Pandu menjelaskan ada tiga komponen yang harus diperhatikan.
Seperti jumlah penurunan kasus positif virus Covid-19 dalam tiap harinya.
Diikuti dengan penurunan jumlah pasien dalam pengawasan atau PDP.
Baca: Pemprov DKI Sedang Susun Aturan New Normal di Bidang Pariwisata dan Hiburan
Baca: UPDATE Corona di Indonesia 30 Mei 2020: Kasus Baru Terbanyak Kembali Ada di Jawa Timur
Hingga penurunan angka kematian yang dihitung selama dua minggu.
Pandu mengatakan, yang terpenting dalam keinginan penerapan new normal adalah indikator tersebut harus secara konsisten menurun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.