Tak Mau PLN Disebut Membohongi Rakyat, Ini Pembelaan Arya Sinulingga Soal Lonjakan Tarif Listrik
Staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga memberikan pembelaannya atas adanya kontroversi lonjakan tagihan listrik yang diamali oleh masyarakat.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Kemudian pada tagihan bulan berikutnya, PLN menggunakan rata-rata pemakaian 3 bulan terakhir untuk menghitung besaran tagihan.
"Itu karena teman-teman PLN tidak datang ke rumah tidak bisa menghitung meteran secara langsung."
"Padahal bisa saja kita pemakaiannya lebih, karena ada work for home itu. Kelebihan ini tidak di tagih PLN, karena mereka menghitung rata-rata pemakaian 3 bulan," paparnya.
Perhitungan tagihan dengan pola tersebut digunakan PLN selama pandemi Covid-19.
Sehingga tagihan yang di atas rata-rata 3 bulan terakhir terakumulasi di penagihan bulan berikutnya.
"Kemudian kelebihan pada satu bulan sebelumnya di tambah kelebihan pada bulan selanjutnya, ini mereka jumlahkan ke atas."
"Ini membuat teman-teman PLN merasa masyarakat akan kasihan juga nih kalau langsung membayar.
"Maka mereka mengatakan bahwa kelebihan ini bisa di cicil," beber Arya.
Arya menambahkan cara sederhana untuk mengetahui bertambahnya tagihan listrik tinggal dihitung lewat meterannya.
Kemudian di hitung dengan harga listrik per KWH, akan mucul angka tagihan listrik yang sebenarnya.
"Jadi kalau dibilang (PLN) membohongi, tidak bisa."
"Karena meteran dan angkanya jelas. Apalagi meteran ada di rumah pelanggan bukan di PLN," tegasnya.
Arya memandang kontroversi lonjakan tagihan listrik dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki maksud tertentu.
"Jadi kami lihat ini ada distorsi-distorsi dilakukan oleh beberapa pihak yang kita lihat sebenarnya sudah clear."