Gugus Tugas Minta Masyarakat Jangan Melihat Angka Terkait Covid-19 Bulat-bulat
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 meminta kepada masyarakat untuk melihat angka-angka
Penulis: Reza Deni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 meminta kepada masyarakat untuk melihat angka-angka terkait Covid-19 secara lengkap.
Menurut Gugas, ketika melihat angka-angka soal Covid-19, sebaiknya jangan langsung kaget.
"Ketika kita melihat angka, kita jangan melihat angka bulat di depan mata.
Semisal kasus positif, kita harus lihat lagi ini angka positif dibandingkan dengan apa," kata Ahli Epidemiologi Tim Pakar Gugus Tugas, dr. Dewi Nur Aisyah, dalam siaran BNPB, Senin (15/6/2020).
Baca: BREAKING NEWS: Kepala BPKAD Medan Diperiksa Kejati Sumut, Diduga Terkait Dana Covid-19
Baca: Masalah Nutrisi dan Lingkungan Bisa Memperberat Kondisi Anak yang Terpapar Covid-19
Baca: Khawatirkan Kondisi Kiano, Dokter Tegur Baim Wong karena Sering Nge-Vlog : Yang Kita Takut Itu Covid
Dewi mengatakan bahwa angka positif Covid-19 bertambah tinggi karena memang jumlah pemeriksaan spesimen yang tinggi.
Jika jumlahnya kurang lebih sama, berarti tak ada perbedaan walaupun angkanya bertambah besar.
"Di awal kita punya target pemeriksan 10 ribu (spesimen) per hari.
Sekarang naik 20 ribu per hari. Maka pasti kita melihat lonjakan jumlah kasus positifnya.
Kalau kita bagi, persentasenya mirip-mirip sekitar 10 sampai 14 persen," lanjut Dewi.
Yang harus diketahui masyrakat selain angka positif, dikatakan Dewi, juga pemeriksaan per hari jumlahnya berapa.
"Apakah benar pemeriksaan berkurang tapi angka positifnya tinggi? Itu jadi warning alert. Tapi kalau misalnya ternyata angka tinggi dan jumlah pemeriksaan tinggi, jangan-jangan positivity rate-nya sebenarnya sama dengan pekan sebelumnya, cuma lebih banyak saja," kata Dewi.
Selain jumlah pemriksaan, pembading terkait angka-angka Covid-19 erat kaitannya juga dengan jumlah penduduk.
Begitu juga dengan angka kesembuhan dan angka kematian, Dewi mengatakan bahwa jumlah pemeriksaan ada pengaruh terhadap angka-angka tersebut.
"Yang meninggal itu memiliki fatalitas memang mereka yang punya kondisi penyerta," ujarnya.
"Orang-orang yang punya penyakit ginjal itu risiko terinfeksi dan fatalitas saat ini jauh lebih tinggi. Selain itu, penyakit terkait imunitas seperti penderita HIV, lupus, juga tinggi. Kemudian penderita jantung juga memiliki kondisi penyerta yang memiliki fatalitas tinggi," pungkasnya.