Objek Wisata Dibuka saat New Normal, Pengelola dan Petugas Wajib Ikut Pelatihan
Sosiolog UNS, Dr. Argyo Demartoto, M.Si., menganggap perlunya pelatihan protokol kesehatan sesuai standar untuk pengelola dan SDM objek wisata
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Penerapan kenormalan baru terus digaungkan oleh Pemerintah termasuk pemerintah daerah di berbagai kota dan kabupaten.
Seperti halnya objek wisata akan mulai dibuka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan mencegah penyebaran Covid-19.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Argyo Demartoto, M.Si., menganggap perlunya pelatihan protokol kesehatan sesuai standar untuk pengelola objek wisata sampai sumber daya manusia di dalamnya.
Hal itu guna menunjang kesiapan berbagai pihak dengan matang menyambut persiapan new normal.
“Semua pihak seperti dinas pariwisata, kebudayaan, stakeholder terkait pembukaan objek wisata harus dilatih sesuai standar protokol kesehatan WHO, agar pencegahan Covid-19 benar-benar matang dan dapat dilaksanakan,” jelasnya saat diwawancara Tribunnews.com pada Selasa (16/6/2020).
Argyo menyampaikan, pelatihan dan keterampilan petugas juga akan mendukung kesiapan objek wisata untuk menghadapi kerumunan.
Karena baginya, pembukaan objek wisata diprediksi akan mengundang kerumunan meski pengunjung dibatasi.
Baca: Sebelum Kunjungi Yogyakarta, Ketahui Protokol Kesehatan di Tempat Wisata hingga Toko Oleh-oleh
Adapun dicontohkannya serangkain protokol kesehatan yang harus benar-benar diterapkan dengan benar adalah physical distancing atau menjaga jarak aman antarwarga.
Lalu juga penggunaan kursi tunggu perlu berjarak.
Ketegasan petugas dan pengelola objek wisata juga dianggap penting.
Misal melarang pengunjung yang tak mengenakan masker memasuki objek wisata.
Lalu pengelola juga harus taat dengan protokol kesehatan dengan tak mengadakan even-even atau acara rutin yang biasanya mengundang kerumunan.
Beberapa contoh tersebut, lanjutnya, sesuai penerapan protokol kesehatan jika para pengelola dan petugas mendapat pelatihan dan keterampilan untuk terus melakukan pengawasan.
“Jadi hal-hal semacam ini menurut saya harus disiapkan matang dan komprehensif oleh dinas pariwisata dan kebudayaan serta stakeholder terkait,” paparnya.
Protokol Pemprov DKI Jakarta saat PSBB Transisi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan protokol lengkap selama diterapkannya masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta.
Protokol-protokol ini buntut dari diputuskannya perpanjangan masa penerapan kebijakan PSBB oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies menyebut masa perpanjangan PSBB pada Juni ini disebut sebagai masa transisi.
Pada masa PSBB transisi, sejumlah kegiatan sosial ekonomi secara bertahap kembali dimulai dengan protokol-protokol yang harus ditaati.
Mulai dari protokol di rumah, pergerakan penduduk, pendidikan, aktivitas sosial ekonomi, tempat kerja, hingga tempat wisata.
Berikut Tribunnews sajikan protokol lengkap selama masa transisi PSBB Jakarta dikutip dari rilis dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca: Gubernur Anies Ingatkan Tempat yang Langgar Protokol Kesehatan Bisa Ditutup
Protokol di Rumah:
- Cuci tangan setiap kembali dari bepergian (lebih aman jika mandi).
- Batasi jumlah tamu agar tetap bisa jaga jarak aman di rumah.
- Gunakan masker di rumah jika sedang sakit atau jika ada keluarga yang sakit.
Protokol Pergerakan Penduduk:
- Utamakan jalan kaki dan sepeda.
- Kendaraaan Bermotor Pribadi (sepeda motor dan mobil) beroperasi dengan protokol kesehatan.
- Kendaraan umum massal (termasuk terminal, halte, stasiun) diisi hanya dengan 50% kapasitas dan antrian penumpang berjarak 1 m antar orang.
- Kendaraan umum non-massal (ojek/mobil) beroperasi dengan protokol COVID-19.
Pendidikan:
- Belajar-mengajar di sekolah hanya dilakukan jika kondisi telah dinilai aman.
- Tahun Ajaran 2020/2021 dimulai 13 Juli 2020, tetapi belum ditentukan apakah kegiatan belajar sudah bisa dilakukan di sekolah atau masih tetap harus di rumah.
- Keputusan menggunakan Gedung PAUD, TK/RA/BA, Sekolah/Madrasah untuk kegiatan belajar akan mempertimbangkan situasi wabah di Jakarta.
Protokol Aktivitas Sosial dan Ekonomi:
- Jumlah peserta/orang harus kurang dari 50% kapasitas tempat/ruang.
-Ada jarak aman antar orang yaitu 1 m.
- Mencuci tempat kegiatan dengan disinfektan sebelum dan setelah digunakan setiap kegiatan.
Protokol Tempat Kerja:
- Proporsi karyawan yang bekerja di kantor adalah 50% dari seluruh karyawan, 50% yang lain bekerja dari rumah.
- Setiap kantor/usaha membagi jam kerja karyawannya yang berada di kantor sekurang-kurangnya dua kelompok waktu yang berbeda (minimal jeda 2 jam) untuk mengendalikan kapasitas saat mobilitas datang, pulang, istirahat di gedung tinggi.
(Sebagai ilustrasi: 50% mulai masuk kerja pukul 07.00, jam istirahat pukul 11.00; 50% mulai masuk kerja pukul 09.00, jam istirahat pukul 12.30).
Rumah Ibadah
- Jumlah peserta ibadah maksimal 50% dari Kapasitas.
- Menerapkan jarak aman (1 m) antar orang.
- Mencuci tempat kegiatan dengan disinfektan sebelum dan setelah kegiatan.
- Setelah tempat ibadah dipakai untuk kegiatan rutin, ditutup kembali.
Bagi Masjid/Musholla:
- Tidak menggunakan Karpet/ Permadani, setiap jamaah harus membawa sendiri sajadah/alat sholat.
- Penitipan alas kaki ditiadakan, setiap jamaah harus membawa sendiri kantong/tas dan membawa masuk alas kakinya masing-masing.
Baca: Gubernur BI Beri Sinyal Cadangan Devisa Naik Awal Pekan Depan
Jasa Usaha Makanan & Minuman (restoran, rumah makan, coffee shop)
- Jumlah pengunjung/tamu/pengguna/karyawan maksimal 50% dari Kapasitas Penyajian makanan ala carte (dilarang prasmanan) Mendorong pembayaran secara cashless.
Catatan: penyajian a la RM Padang (mini-prasmanan) diubah menjadi non-prasmanan.
Pasar Rakyat
- Jumlah pengunjung maksimal 50% dari Kapasitas Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pencegahan penyebaran COVID-19.
- Mendorong transaksi dilakukan dengan cashless.
- Jam operasional mulai dari pukul 06.00-14.00.
- Pengaturan pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda.
Prasarana Olahraga Outdoor (GOR, Stadion, dll)
- Jumlah pengunjung maksimal 50% dari Kapasitas Olahraga.
- Tidak mengadakan kegiatan yang mendatangkan penonton.
Klinik Kecantikan
- Jumlah pengunjung/tamu maksimal 50% dari kapasitas.
- Wajib menggunakan masker bagi tamu dan pegawai klinik dan sarung tangan bagi pegawai klinik.
- Wajib melakukan penyemprotan disinfektan seluruh peralatan setelah dipakai satu (1) tamu.
Fasilitas olahraga outdoor, Taman & RPTRA:
- Jumlah pengunjung/tamu maksimal 50% dari kapasitas.
- Pengunjung/tamu hanya diperuntukkan bagi warga setempat.
- Tidak diperbolehkan bagi anak usia 0-9 tahun, ibu hamil, dan lansia.
- Tidak berkerumun lebih dari 5 orang.
Perindustrian
- Jumlah karyawan maksimal 50% dari Kapasitas.
- Wajib memiliki klinik/RS rujukan.
Museum
- Jumlah pengunjung/tamu maksimal 50% dari kapasitas.
- Dibuka selama jam normal.
Kendaraan Pribadi
- Diisi dengan maksimal 50% kapasitas.
- Bagi penumpang-pengemudi yang memiliki KTP dengan alamat sama (1 KK) dapat diisi 100% kapasitas.
Kendaraan Umum
- Diisi dengan maksimal 50% kapasitas.
- Antrian penumpang harus berjarak 1 m antar orang.
- Melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin.
- Persentase layanan angkutan umum menyesuaikan aktivitas utama.
Pusat Perbelanjaan, Retail, dan Pertokoan
- Jumlah pengunjung/tamu maksimal 50% dari kapasitas.
- Dilakukan pengukuran suhu sebelum memasuki pusat perbelanjaan, retail, dan pertokoan.
- Tenant yang boleh dibuka harus selaras dengan sektor yang boleh dibuka pada fase I.
Taman Rekreasi dan Kebun Binatang
- Jumlah pengunjung/tamu maksimal 50% dari Kapasitas.
- Tidak diperbolehkan bagi anak-anak dan ibu hamil.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Endra Kurniawan)