Jadi Bos KA di Tengah Pandemi (2-Habis), Didiek: Kondisi Saat Ini Kami Tak Perhitungkan Keuntungan
Walaupun tidak menguntungkan, PT KAI melakukan ini dalam rangka menunjukan komitmen kami siap untuk new normal.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
PT Kereta Api Indonesia mempunyai pegawai sebanyak 30 ribu orang. Jika digabungkan dengan enam anak perusahan, pegawai kami totalnya 36 ribu. Inilah tanggung jawab kami.
Pada 2019 kami mengangkut 429 juta penumpang. Prioritas yang kami lakukan melindungi pelanggan dan pegawai. Manusianya dulu.
Saat pertama kali mendapat amanah sebagai Dirut PT KAI, apa yang Anda pikirkan?
Saya sudah 28 tahun berkecimpung di perbankan, di Bank Mandiri. Saya selalu ingat pada pesan seorang senior saya, "Kamu di kereta api berbeda karena melayani masyarakat yang jumlahnya sangat banyak. Keputusan-keputusan yang diambil di kereta api akan lebih berdampak kepada masyarakat."
Baca: Didiek Hartantyo, Jadi Bos KA di Tengah Pandemi: Anjlok dari Rp 23 M Per Hari, Tinggal Rp 300 Juta
Baca: PT KAI Daop 3 Cirebon Memperpanjang Pembatalan Perjalanan KA Reguler Hingga 30 Juni 2020
Sejumlah ahli menyebut, sepanjang tidak ditemukan vaksin, kita harus berdamai dengan Covid-19. Bagaimana kalau kondisi ini berlangsung sampai 2021, sedang PT KAI hanya menyiapkan skenario sampai Desember 2020?
Saat ini kami terus mengembangkan kreativitas dan inovasi. Kami sudah menyiapkan suatu gambaran. Misal pemisah antar penumpang menggunakan acrylic setinggi kepala kita.
Artinya dalam menghadapi new normal, jika berkepanjangan, opsi-opsi itu akan kami buka.
Kami tetap akan berkonsultasi dengan para ahli, apakah pemasangan acrylic di setiap tempat duduk sehingga penumpang bisa kembali duduk berdampingan, bisa jadi solusi.
Saat ini kami melakukan analysis cost, apa saja yang bisa diefisiensikan.
Anda 28 tahun sebagai bankir, apakah ada manfaatnya ketika mendapat amanah sebagai Direktur Utama PT KAI?
Di industri keuangan, hampir setiap lima tahun mengalami krisis. Ada krisis yang kecil, ada krisis yang besar 10 tahunan. Jadi siklus ekonomi seperti itu.
Oleh karena itu kami terdidik menghadapi krisis ini. Jadi protokol-protokol menghadapi krisis ini sudah ada dipikiran kami. Industri kereta api ini baru kali ini menghadapi krisis sedemikian dalam.
Kami ingin membangun mindset seluruh insan kereta api, menghadapi krisis kita harus bereaksi cepat. Karena pendapatan terjun bebas. Efisiensi biaya, tidak sekonyong-konyong bisa langsung turun.
Operational cost production kami pada Maret itu sekira Rp 600 miliar, April sekira Rp 700 miliar, Mei turun jadi sekira Rp 500 miliar. Bulan-bulan berikutnya akan seperti itu.