Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Indicator: Nilai Rapor Kinerja Polri Capai 79 Sepanjang 2020

Berdasarkan tangkapan sistem Intelijen Perception Analysis (IPA), kata Rustika, isu Polri direspons oleh netizen milenial sebanyak 83,4 persen.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Indonesia Indicator: Nilai Rapor Kinerja Polri Capai 79 Sepanjang 2020
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Anggota Polri dan TNI membawakan tarian rampak gendang saat membuka defile pasukan dan kendaraan perlengakapan unit kepolisian, di Jalan Diponegoro depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (10/7/2017). Acara yang diselenggarakan Polda Jawa Barat itu dalam rangka memperingati HUT Ke-71 Bhayangkara. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Persepsi publik dan media massa terhadap kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sepanjang 2020 terus menguat.

Indonesia Indicator (I2) berdasarkan analisis framing pemberitaan media online di Tanah Air memberi nilai rapor kinerja Polri pada tahun ini sebesar 79 dari angka 100.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengatakan, berbagai aktivitas Polri di media massa dan media sosial selama ini bisa diukur untuk mengetahui agenda publik dan agenda masyarakat pada Polri.

"Sepanjang 2020, Polri diberitakan dalam 331.308 berita dari 2.647 media online berbahasa Indonesia," ujar Rustika kepada media, Rabu (1/7/2020).

Dari keseluruhan berita terkait kinerja Polri itu, sekitar 79 persennya memiliki sentimen netral dan positif.

Sementara, pemberitaan terkait Polri yang memiliki sentimen negatif sebanyak 21 persen.

Sebanyak 57 persen pemberitaan tentang Polri, kata Rustika, terkait upaya Polri dalam menangani Covid-19. Isu yang menarik bagi media online adalah Maklumat Kapolri terhadap kerumunan, protokol kesehatan, bantuan beras, pengawalan bansos, mengawal BLT, dapur umum Bersama TNI, dan operasi ketupat.

BERITA REKOMENDASI

"Isu tersebut banyak mendapatkan atensi positif di media dan masyarakat," kata Rustika.

Menurut Rustika, isu terbesar kedua yang menjadi perhatian media adalah keberhasilan Polri dalam menangangi kasus narkoba.

Pernyataan tegas Kapolri agar anggota tak segan menembak mati bandar membuat penanganan kasus menjadi lebih kuat.

Sampai pertengahan 2020, Polri mencetak berbagai prestasi, seperti menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,15 ton, menggerebek bandar narkotika di Sukabumi dan menyita 359,57 kg sabu, dan menemukan sabu seberat 797,11 kg di Serang.

Selain itu, kinerja Polri dalam penanganan banjir, persiapan pilkada serentak, karhutla, dan Papua juga menjadi isu turut membetot perhatian media.


Sekalipun catatan keseluruhan mengesankan, menurut Rustika, Polri masih membukukan angka merah sebanyak 21 persen.

Ada beberapa kinerja Polri mendapat framing negatif dari media diantaranya datang dari penanganan kasus Novel Baswedan, Harun Masiku, dan penangkapan aktivis.

"Jadi bisa dikatakan bahwa rapor Polri sepanjang 2020 adalah 79 dari angka 100," kata Rustika.

Media Sosial

Rustika menambahkan, di media sosial rapor kinerja Polri sedikit berbeda. Menurut dia, sentimen negatifnya sebesar 23 persen.

Hal tersebut menunjukkan bahwa agenda media dan agenda media sosial sama, namun memiliki tingkat perhatian yang berbeda.

Sepanjang 1 Januari- 29 Juni 2020 terdapat sebanyak 1.766.022 percakapan dari 667.398 akun non-Polri di Twitter.

"Sengaja penghitungan ini dipisahkan untuk mengetahui respons masyarakat pada Polri secara keseluruhan, mengingat akun-akun Polri cukup aktif dalam mensosialisasikan kebijakan Polri, dari level nasional hingga level Polsek," kata dia.

Isu terbesar di Twitter adalah soal penanganan dan informasi terkait Covid-19.

"Di sini terlihat bagaimana Polri menjadi salah satu rujukan, solusi, sekaligus sasaran keingintahuan hingga kejengkelan atas berbagai isu terkait penanganan dan kebijakan pemerintah terkait Covid," papar Rustika.

Isu terbesar berikutnya di Twitter adalah isu kriminalitas, kemanusiaan, terorisme radikalisme, penangkapan aktivis, Papua, dan Novel Baswedan.

Menurutnya, beberapa isu terakhir inilah yang membuat framing negatif pada Polri sepanjang 2020.

Berdasarkan tangkapan sistem Intelijen Perception Analysis (IPA), kata Rustika, isu Polri direspons oleh netizen milenial sebanyak 83,4 persen.

Dari sisi gender, terdapat 58,2 peren netizen laki-laki, dan 41,8 persen netizen perempuan, dengan persebaran lokasi yang hampir menyeluruh.

"Emosi yang dimunculkan adalah Anticipation dan Trust," ujar dia.

Beberapa emosi disgust atau marah dari netizen beberapa kali bergolak di antaranya karena kasus pernikahan Kapolsek di sebuah hotel mewah yang sempat jadi trending topic, Ravio Patra, Novel Baswedan, dan isu Papua.

"Isu ini memberikan sentimen negatif sebesar 23 persen di Twitter. Inti dari emosi ini adalah adanya ketidakpuasan dari netizen atas penanganan Polri," kata Rustika

Inti dari emosi ini adalah adanya ketidakpuasan dari netizen atas penanganan Polri.

"Artinya, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan" ujarnya.

Saat ini, dengan tantangan yang makin kompleks, Polri harus semakin responsif dalam melayani masyarakat, lebih terbuka, transparan, dan tampil lebih muda dan humanis. 

Kapolri Idham Azis sudah memulai dengan mengarahkan seluruh anggotanya untuk bersama-sama membangun institusi Polri yang makin berdaya.

"Upaya untuk terus memperbaiki diri dan menjaga amanah di internal Polri tentu sangat perlu kita apresiasi," ujarnya. 

Sumber: Kompas TV

Sumber: Kompas TV
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas