Ekonom M Chatib Basri: Fokuskan Stimulus Fiskal ke Sektor Kesehatan
Saat ini perbankan masih enggan salurkan pinjaman baru karena credit trust yang rendah ke sektor riil
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) kembali menggelar seminar online (webinar) umum bertajuk Dampak Covid-19 terhadap Kondisi Perekonominan dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Jumat (3/7/2020).
Webinar yang dimoderatori Dr Antyo Pracoyo ini menghadirkan pembicara tunggal Dr. Muhamad Chatib Basri, Menteri Keuangan periode 2013-2014 dan ketua BKPM pada 2012-2013.
Dr Chatib Basri dalam paparannya menyebutkan, kondisi ekonomi yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 saat ini berbeda keadaannya dengan saat krisis ekonomi di 1998.
Di 1998, Indonesia masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi 4,8 persen saat terjadi krisis ekonomi melalui berbagai strategi yang dijalankan Pemerintah yang fokus ke pasar dalam negeri. Antara lain melalui strategi penurunan suku bunga.
Untuk kondisi sekarang, perekonomian lebih berat kondisinya karena aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha dihentikan demi menekan interaksi sosial di masyarakat untuk penyebaran virus ini.
Baca: Anak dan Istri Almarhum Hilmi Aminuddin Positif Corona, 41 Kerabat dan Pegawai Jalani Tes Swab
Baca: Kuli Bangunan Tewas Bersimbah Darah, Warga: kok Bisa Setega itu Dia Membunuhnya Pakai Cangkul?
"Dalam kondisi pandemi, stimulus fiskal hanya bisa fokus pada 3 hal. Antara lain, sektor kesehatan untuk mengatasi Covid-19. Bantuan sosial yang disalurkan di banyak negara bukan untuk melindungi si miskin tapi sebagai kompensasi ketika orang dipaksa tinggal di rumah," jelas Chatib Basri.
Dia menambahkan, daya tahan orang untuk tetap stay di rumah tergantung seberapa banyak tabungan yang dimiliki.
"Jika punya tabungan, orang masih bisa menikmati kemewahan saat harus tinggal di rumah. Tapi buat yang tidak memiliki tabungan, dorongan untuk mencari penghasilan di luar rumah akan makin kuat," bebernya.
"Itu sebabnya kenapa pasar tradisional bisa cepat recover dibandingkan mal. Orang pilih pilih jika akan ke mal lagi karena masih punya tabungan," lanjutnya.
Dia menekankan dalam kondisi pandemi, bantuan sosial tidak bisa dipisahkan dari keputusan Pemerintah.
"Saat ini perbankan masih enggan salurkan pinjaman baru karena credit trust yang rendah ke sektor riil," ujarnya.
Baca: Likuiditas Dipastikan Aman, BTN Minta Nasabah Perbankan Tidak Panik
Baca: Pengawasan Bank Akan Kembali ke BI, Komisi XI DPR Minta OJK Yakinkan Presiden
Sementara itu, Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M menjelaskan, tema ini dipilih karena saat ini pandemi Covid-19 telah menimpa hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Dampak dari penyebaran virus corona terjadi di berbagai bidang, baik sektor riil, dunia usaha mikro, kecil dan menengah, sektor jasa keuangan, dan sebagainya.