Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dua Tersangka Pembobolan BNI Divonis Penjara Seumur Hidup, Bagaimana Nasib Maria Pauline Lumowa?

Rupanya tidak hanya Maria Pauline Lumowa saja yang menjadi tersangka pembobolan BNI, berikut 11 lainnya, dua orang vonis seumur hidup.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Dua Tersangka Pembobolan BNI Divonis Penjara Seumur Hidup, Bagaimana Nasib Maria Pauline Lumowa?
DOK. Kemenkumham untuk KompasTV
Maria Pauline Lumowa membobol BNI hingga Rp 1,7 triliun. Setelah menjadi buron selama 17 tahun, ia akhirnya ditangkap. Begini kronologi kasusnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Rupanya tidak hanya Maria Pauline Lumowa saja yang menjadi tersangka pembobolan PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI.

Namun juga melibatkan 11 orang lainnya yang telah dijatuhi vovis hukuman.

Dari 11 orang yang ditangkap, dua di antaranya telah mendapatkan vonis hukuman seumur hidup.

Berikut 11 daftar pelaku korupsi BNI 1,7 Triliun, dilansir Kompas TV:

1. Adrian Pandelaki Lumowa
Mantan Dirut PT Magnetic Usaha Indonesia, vonis 15 tahun penjara.

2. Adrian Herling Waworuntu
Konsultan Investasi PT Sagared Team, vonis penjara seumur hidup.

3. Jeffrey Baso
Mantan Direktur Utama PT Tiranu Caraka Pasifik, Vonis 7 tahun penjara.

Berita Rekomendasi

4. Wayan Saputra
Mantan Kepala Divisi internasional BNI, vonis 5 tahun penjara.

5. Aan Suryana
Quality Assurance Divisi Kepatuhan Bank BNI Kantor Besar, 5 tahun penjara.

6. Edy Santoso
Mantan Kepala Customer Service Luar Negeri BNI Kebayoran, vonis penjara seumur hidup.

7. Ollah Abdullah Agam
Mantan Direktur PT Gramarindo Mega Indonesia, vonis 15 tahun penjara.

8. Titik Pristiwati
Mantan Dirut PT Bhinekatama, vonis 8 tahun penjara.


9. Komjen Pol Suyitno Landung
Mantan Kabareskrim Mabes Polri, vonis 1 tahun 6 bulan.

10. Richard Kountol
Mantan Dirut PT Metranta, vonis 8 tahun penjara.

11. Aprilla Widhata
Mantan Dirut PT Pantipros, vonis 15 tahun penjara.

Ekstradisi Maria Pauline Lumowa

Seperti diketahui, kasus tersebut telah menemui titik terang dengan berhasilnya ekstradisi Maria Pauline Lumowa dari Serbia.

Proses ekstradisi ini dilakukan oleh delegasi pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna Laoly.

Serah terima Kemenkumham dengan pemerintah Serbia dilakukan pada Kamis (9/7/2020), pukul 14.30 waktu setempat.

Maria kemudian diberangkatkan ke Indonesia menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada pukul 17.00 waktu setempat.

Hingga akhirnya Maria Pauline Lumowa, telah tiba di Indonesia pada Kamis (9/7/2020).

Maria mendarat di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 10.40 WIB.

Baca: Mengenal 12 Pelaku Korupsi BNI: Maria Pauline Lumowa, Adrian Waworuntu hingga Richard Kountol

Diberitakan sebelumnya, Maria menjadi tersangka kasus pembobolan BNI senilai 1,7 triliun.

Ia sudah menjadi buronan sekitar 17 tahun lamanya, kemudian diekstradisi dari Serbia.

Maria Pauline Lumowa saat diperlihatkan ke publik dalam konferensi pers yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (9/7/2020).
Maria Pauline Lumowa saat diperlihatkan ke publik dalam konferensi pers yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (9/7/2020). (Tangkap layar kanal YouTube Kompas TV)

Perjalanan Kasus

Pada Oktober 2002, BNI cabang Kebayoran Baru Jakarta Selatan memproses pengajuan pembiayaan ekspor impor dari PT Gramarindo Group.

Perusahaan tersebut milik Maria Pauline Lumowa dan juga Adrian Waworuntu.

Kemudian pada Juni 2003, BNI melakukan penyelidikan dan mengetahui ternyata PT Gramarindo tidak pernah melakukan kegiatan ekspor.

Lantas munculah dugaan Letter of credit (L/C) fiktif, hingga BNI melaporkan hal tersebut ke pihak Mabes Polri.

Baca: Maria Pauline Lumowa Dibawa ke Bareskrim Polri untuk Jalani Proses Hukum

Baca: Ekstradisi Maria Pauline Lumowa Memakan Waktu Panjang, Ada Upaya Suap dari Kuasa Hukum

Selanjutnya, sepanjang Oktober 2002 hingga 2003, PT Gramarindo Grup ini mencairkan Letter of Credit senilai 136 Juta Dollar Amerika Serikat (AS) dan juga 56 Juta Euro atau setara Rp 1,7 Triliun Rupiah.

Rupanya dana pinjaman yang saat itu disebut untuk memperlancar ekspor, ternyata tidak digunakan sebagaimana mestinya.

PT Gramarindo Group pun menggunakan dana tersebut dan tidak bisa memenuhi kewajibannya pada BNI.

Lalu pada September 2003, Maria Pauline Lumowa terbang ke Singapura dan belakangan diketahui dirinya pindah ke Belanda.

Dari hasil pelaporan kepada pihak Mabes Polri dan pemeriksaan awal, polisi menetapkan Maria Pauline, Adrian Waworuntu, dan dua pejabat BNI sebagai tersangka dugaan L/C fiktif

Pada Desember 2003 Maria Pauline Lumowa mengaku siap diperiksa bila pemeriksaan dilakukan di Singapura.

Sementara ia tak bisa dibawa ke Indonesia karena tak ada perjanjian ekstradisi dengan Singapura.

Hingga akhirnya, 17 tahun pelarian Maria Pauline berhenti pada Juli 2020, ketika Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly berhasil membawa pulang Maria Pauline Lumowa dari Serbia.

Jalani Proses Hukum

Maria Pauline Lumowa, tersangka pembobolan BNI, akan menjalani proses hukum setelah sesampainya di Indonesia.

Sementara saat tiba di Indonesia tampak Maria mengenakan pakaian tahanan dengan tangan terikat borgol.

Pun upaya pengawalan ketat juga dilakukan oleh pihak kepolisian.

“Kami serahkan ke Bareskrim," kata Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, di ruang VIP Terminal III Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (9/7/2020), diberitakan Tribunnews.com sebelumnya.

"Dibawa ke Bareskrim untuk diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,”  lanjutnya lagi.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Glery Lazuardi)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas