Sampah Plastik Rumah Tangga Meningkat Selama Pandemi Covid-19 Karena Belanja Online
Sampah rumah tangga meningkat selama pandemi virus corona atau Covid-19 karena belanja online.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sampah rumah tangga meningkat selama pandemi virus corona atau Covid-19 karena belanja online.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (Dirjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati dalam webinar hari tanpa kantong plastik sedunia, Kamis (16/7/2020).
“Masa wabah pandemi covid 19, gaya hidup betul-betul menjadi berubah,” ujar Vivien dalam webinar hari tanpa kantong pelastik sedunia, Kamis (16/7/2020).
Baca: Update RS Pulau Galang 16 Juli: 61 Pasien Terkait Covid-19 Masih Dirawat
Vivien menyampaikan pada masa pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat berubah karena kebijakan pemerintah soal bekerja di rumah atau work from home (WFH).
Berdasarkan data yang diterimanya memang ada tren penurunan sampah dari perkantoran yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
Namun, ada tren kenaikan dari sampah rumah tangga.
Salah satunya karena banyak masyarakat belanja atau membeli makanan secara online.
“Timbunan sampah yang masuk ke TPA memang agak berkurang kurang lebih 10 sampai 15% karena orang tidak bekerja, karena bekerja di rumah. Tapi yang sampah plastik yang dari rumah-rumah meningkat karena orang beli makanan itu secara online,” ujarnya.
Baca: Pasien Positif Covid-19 di RS Wisma Atlet Kemayoran Lebih dari 1.000 Orang Selama Sepekan
Dirjen PSLB3 itu mengungkapkan 90 persen makanan yang dibeli secara online menggunakan plastik sekali pakai.
Ia kembali mengingatkan masyarakat agar tidak lupa dengan semangat dan gerakan mengurangi sampah rumah tangga, meskipun kebanyakan masyarakat saat ini sedang bekerja dari rumah.
“Janganlah lupa dengan gerakan pengurangan sampah plastik untuk tetap harus kita lakukan, dan kita harus tetap mempunyai semangat untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai agar tidak terbuang ke TPA, apalagi terbuang ke lingkungan secara illegal,” ujarnya.
Pihaknya saat ini sedang mengkomunikasikan kebijakan yang berkaitan dengan pengurangan sampah dalam rangka mencapai target pengurangan sampah ke laut sampah plastik laut sebesar 70% pada tahun 2025.
Baca: Polisi Filipina Evakuasi Pasien Covid-19 dari Rumah ke Rumah
Vivien mengungkapkan sejumlah studi mengatakan bahwa Indonesia beberapa saat yang lalu dikatakan memberikan kontribusi nomor 2 terbesar untuk membuat laut menjadi kotor,
“Walaupun studi itu masih diperdebatkan karena metodologinya belum tentu benar untuk menghitung masuknya sampah terutama sampah plastik ke laut,” ujarnya.
Dirjen PSLB3 tersebut mengatakan permasalahan sampah plastik di Indonesia yang masuk ke laut ada dua, yaitu yang berasal dari darat dan sampah dari laut itu sendiri.
“Yang pertama adalah sampah yang berasal dari daratan atau kita sebut landbase, itu banyaknya adalah 80%, Dan Sampah yang memang berasal dari laut itu sebesar 20%,” ujarnya.
Karena itu, untuk mencegah sampah terutama sampah plastik itu masuk ke laut maka harus melakukan pengendalian pengelola sampah dari hulu, yaitu dari darat.