Profil Sapardi Djoko Damono, Pujangga Indonesia yang Mengembuskan Napas Terakhir Hari Ini
Profil Sapardi Djoko Damono, penyair kebanggan Indonesia yang raih banyak penghargaan. Sapardi meninggal pada Minggu (19/7/2020).
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Alasannya, puisi Sapardi memiliki kesamaan dengan persajakan Barat sejak akhir abad ke-19, yang disebut simbolisme.
Dalam bukunya berjudul Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988), Pamusuk Eneste memasukkan nama Sapardi dalam kelompok pengarang angkatan 1970-an.
Tak hanya menulis novel ataupun puisi, Sapardi sebagai ahli sastra juga menerbitkan buku penting.
Yakni Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999), dan Sihir Rendra: Permainan Makna (1999).
Disisi lain, Sapardi Djoko Damono juga menerjemahkan sejumlah karya asing dalam bahasa Indonesia.
Seperti Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea milik Hemingway), Daisy Manis (Daisy Milles milik henry James), dan Duka Cita bagi Elektra (Mourning Becomes Electra milik Eugene O'Neill).
Daftar Penghargaan Sapardi Djoko Damono
1. Hadiah Majalah Basis atas puisinya Ballada Matinya Seorang Pemberontak (1963).
2. Cultural Award dari Pemerintah Australia (1978).
3. Anugerah Puisi-puisi Putera II untuk buku Sihir Hujan dari Malaysia (1983).
4. Dewan Kesenian Jakarta untuk buku Perahur Kertas (1984).
5. Mataram Award (1985).
6. SEA Write Award (1986).
7. Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990).
8. Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996).
9. The Achmad Bakrie Award for Literature (2003).
10. Khatulistiwa Award (2004).
11. Akademi Jakarta (2012).
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo)