Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Citra Jokowi Terancam di Pilkada Solo, Analis: Gibran Harus Ada Lawan Tanding Meski Tak Sebanding

Majunya Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020 dinilai membuat citra Presiden Joko Widodo (Jokowi) terancam.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: bunga pradipta p
zoom-in Citra Jokowi Terancam di Pilkada Solo, Analis: Gibran Harus Ada Lawan Tanding Meski Tak Sebanding
Kolase Tribunnews/Ist - Youtube/Sekretariat Kabinet
Majunya Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020 dinilai membuat citra Presiden Joko Widodo (Jokowi) terancam. 

TRIBUNNEWS.COM - Majunya Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020 dinilai membuat citra Presiden Joko Widodo (Jokowi) terancam.

Terlebih, jika nantinya Gibran dengan pasangannya, Teguh Prakosa, tidak memiliki lawan alias melawan kotak kosong.

Analis politik yang juga merupakan Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consultant, Pangi Syarwi Chaniago, menilai Pilkada Solo tahun ini mencatat sejarah.

"Bagaimana pun ini sangat menarik, ini sejarah pertama anak presiden (aktif) bertarung dalam pilkada," ujar Pangi dalam program Overview Tribunnews.com, Kamis (23/7/2020).

Apabila Gibran-Teguh melawan kotak kosong, Pangi menyebut segala kondisi tidak terlepas dari sentimen negatif.

"Kalau menang, bagaimana sentimen atau prasangka yang dianggap presiden berkuasa, ada hal yang tidak normal," ungkapnya.

"Kalau kalah, mau ditaruh di mana wibawa atau citra presiden, jadi ini menjadi buah simalakama, menang menjadi masalah, ketika kalah nanti juga ada masalah," lanjut Pangi.

Analis politik Pangi Syarwi Chaniago
Analis politik Pangi Syarwi Chaniago (Ist)

Baca: Gibran-Teguh Belum Tentu Lawan Kotak Kosong, KPU: Satu Bakal Calon Independen Sedang Perbaiki Syarat

Berita Rekomendasi

Harus Ada Lawan Tanding

Lebih lanjut, Pangi menyebut ada cara menyelamatkan citra presiden dalam Pilkada Solo.

"Mestinya harus ada lawan tanding walaupun tidak akan sebanding, tidak kotak kosong," ungkapnya.

Menurut Pangi, jika Gibran melawan kotak kosong, sentimen atau citra presiden menjadi berat.

"Sehingga cara untuk menyelamatkan muka presiden adalah harus ada lawan," kata Pangi.

Pangi mengungkapkan, tidak adanya lawan Gibran-Teguh dari partai politik lain memanglah bukan kesengajaan.

"Sebenarnya presiden tidak juga mendesain kotak kosong atau PDIP di Solo tidak mendesain itu, tetapi secara alamiah mental orang down duluan untuk bertanding melawan Gibran," ujarnya.

Baca: Politikus PDIP Beberkan Empat Modal yang Dimiliki Gibran Rakabuming Dalam Pilkada Solo

Pangi menyebut, secara minimalist winning coallition tidak ada yang terpenuhi.

"PKS atau Gerindra yang selama ini memimpin gerbong oposisi untuk melakukan perlawanan juga tidak ada," ungkapnya.

Diketahui, PDIP memiliki 30 kursi dari total 45 kursi DPRD Solo atau senilai 67 persen.

Sedangkan PKS memiliki 5 kursi.

PAN, Golkar, dan Gerindra, masing-masing memiliki 3 calon.

Adapun PSI memiliki 1 kursi.

Sedangkan untuk bisa mengusung calon, minimal koalisi harus memiliki 20 persen kursi di DPRD atau minimal 9 kursi.

Hingga saat ini, PKS kesulitan mencari 'gandengan' untuk membentuk koalisi melawan Gibran-Teguh.

Baca: Gibran-Teguh Belum Tentu Lawan Kotak Kosong, KPU: Satu Bakal Calon Independen Sedang Perbaiki Syarat

Jika tidak ada lawan dari parpol dan dari perseorangan atau independen, tidak menutup kemungkinan Gibran-Teguh akan melawan kotak kosong.

Akan tetapi hal tersebut tidak diinginkan oleh Pangi.

"Saya berharap Pilkada besok tidak melawan kotak kosong, saya berdoa itu jangan terjadi," ungkapnya.

Namun jika alau diciptakan calon boneka, Pangi menyebut hal tersebut juga bahaya.

"Seolah istana mendesain calon boneka, ada tuduhan macam-macam," imbuhnya.

"Baiknya memang kita berdoa untuk menyelamatkan wajah presiden, saya sebagai analis berharap betul ada lawan tanding walaupun tidak sebanding," ungkap Pangi menambahkan.

Jalur Independen

Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo menegaskan masih ada satu bakal paslon dari jalur perseorangan atau independen yang tengah memenuhi syarat dukungan.

"Saat ini memang ada satu bakal calon perseorangan yang sedang mempersiapkan perbaikan syarat dukungan," ungkap Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti dalam program Overview Tribunnews, Kamis (23/7/2020).

a
Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti dalam program Overview Tribunnews, Kamis (23/7/2020). 

Diketahui, bakal paslon tersebut adalah Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo).

Nurul mengungkapkan, awalnya ada tiga bakal pasangan calon dari jalur perseorangan.

Baca: Megawati Ingin PDIP Menang Besar di Pilkada, Calon Kepala Daerah Diminta Gerak Cepat

Selain pasangan Bajo, ada pasangan Hero dan Alam (singkatan).

"Kemudian yang menyampaikan syarat dukungan ada dua bakal calon, yaitu Alam dan Bajo," ungkapnya.

Kemudian dari dua bakal calon tersebut, Nurul menyebut hanya pasangan Bajo yang memenuhi jumlah dukungan pada saat penyampaian syarat dukungan.

Saat ini, pasangan Bajo disebut Nurul tengah memperbaiki syarat dukungan.

"Kami sudah melakukan rekap di tingkat kota, sehingga pasangan Bajo harus memperbaiki dua kali kekurangan," ujar Nurul.

Diketahui pasangan Bajo memiliki kekurangan 7.241 dukungan, sehingga harus memenuhi dua kali lipatnya, yakni 14.482 dukungan.

Baca: Rudy Mewajibkan Kader PDIP Memenangkan Gibran-Teguh, Minimal 64 Persen

Adapun batas waktu perbaikan syarat dukungan ini harus dilaporkan pada 25-27 Juli 2020.

"Artinya kalau ini benar nanti akan diserahkan pada tanggal 25-27 Juli 2020, artinya dia (Bajo) memenuhi syarat untuk kami lanjutkan verifikasi administrasi," ungkapnya.

Sementara itu Nurul menyebut, dukungan dari pasangan Bajo sudah merata di seluruh daerah di Kota Solo.

"Dukungan kepada Bajo sudah ada di seluruh kelurahan di Kota Surakarta," ungkap Nurul.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas