Strategi Literasi Pertanian dalam Upaya Regenerasi Petani
SMK-PP Negeri Sembawa bersama Pusdiktan Kementan menyelenggarakan Virtual Literacy Pengelolaan Teaching Factory dalam mendukung regenerasi petani.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Sembawa yang merupakan unit pelaksana teknis Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan Pustaka Kementerian Pertanian serta Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Kementerian Pertanian menyelenggarakan Virtual Literacy Pengelolaan Teaching Factory dalam mendukung regenerasi petani, Kamis (30/7/2020).
Kegiatan yang digaungkan oleh Pusdiktan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), dalam berbagai kesempatan yang mengajak seluruh insan pendidikan vokasi pertanian untuk beradaptasi dalam menghadapi Covid-19.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menyebutkan, pendidikan vokasi pertanian ditujukan untuk membangun milenial pertanian Indonesia yang berkualitas.
“Segala inovasi yang diciptakan tenaga pendidik maupun kependidikan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah vokasi patut kita apresiasi,” imbuhnya.
Pada kegiatan virtual literacy ini, turut hadir Kepala Pusdiktan, Kabid Perpustakaan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Informasi Kementan, Pustakawan Kementan, Kepala SMK PP N Sembawa, Kepala SMK PP N Kupang, peserta dari berbagai perwakilan SMKPP, serta guru dan siswa SMK PP.
Dibuka oleh Kepala Pusdiktan Kementan, Idha Widi Arshanti, ia menjelaskan bahwa kegiatan kolaborasi virtual literacy dengan Pustaka ini sangat bermanfaat bagi SMK-PP.
“SMK PP sebagai lembaga pendidikan vokasi pertanian yang dapat mencetak tenaga terampil sesuai dengan tuntutan Dunia Usaha Dunia Industri, selain itu lulusan juga dapat berwirausaha. Oleh karena itu, pada proses pembelajarannya harus berdasarkan teaching factory yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Lebih lanjut, siswa atau guru dapat mencari sumber informasi sesuai wilayah masing-masing serta dapat meniru dan mengembangkannya. Dengan kehadiran pusat perpustakaan dan penyebaran informasi Kementan tentunya siswa dan guru dapat terbantu mencari informasi tersebut,” jelasnya.
Pada kesepatan yang sama, Kabid Perpustakaan Riko Bintari memperkenalkan tentang Perpustakaan dan Penyebaran Informasi Kementan serta mendorong agar siswa dan guru memanfaatkan sumber belajar yang ada di pusat perpustakaan Kementan.
“Ada banyak sumber belajar yang tersedia di Pustaka Kementan, siswa dan guru dapat mencari informasi tentang tugas ataupun menambah pengetahuan tentang pertanian secara digital,” ujarnya.
Tampil sebagai pemateri, Pustakawan Madya dari Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bambang S. Sankarto, dalam pemaparannya menjelaskan tentang sumber informasi dari Kementerian Pertanian yang diantaranya yaitu perpustakaan (perpustakaan.pertanian.go.id/portal), Repository Kementan (repository.pertanian.go.id), iTani, serta Cyber Extension (cybex.pertanian.go.id). Selain dari Kementerian Pertanian, tentunya ada juga sumber belajar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lebih lanjut Bambang juga memberikan tips bagaimana cara memenuhi kebutuhan informasi diantaranya yaitu mengetahui sumber informasi dan dapat memanfaatkan mesin penelusur informasi.
Strategi Penelusuran Informasi pada mesin penelusur (Search Engine) yaitu dengan penentuan kata kunci, penggunaan alat pencarian, jenis pencarian: sederhana, kompleks, dan penggunakan sintak (seperti penggunaan tanda petik, logika boolean).
Selain itu, Kepala SMK PP Negeri Sembawa Mattobi’i yang juga tampi sebagai pemateri menjelaskan mengenai pengelolaan teaching factory dalam upaya mendukung regenerasi petani. Mattobi’i menyampaikan bahwa dari 33,4 juta petani di Indonesia hanya terdapat 2,7 juta petani milenial.
Hal ini mendasari bahwa pentingnya vokasi pertanian untuk kalangan muda. Pendidikan vokasi Kementerian Pertanian mengarah pada penumbuhan job creator dan job seeker.
"Prinsip dasar teaching factory antara lain Integrasi pengalaman dunia kerja dalam kurikulum; Peralatan, bahan dan pelaku disusun untuk melakukan proses menghasilkan produk (barang atau jasa); Perpaduan pembelajaran berbasis produksi dan pembelajaran kompetensi; Kompetensi dibangun berdasarkan kebutuhan produksi" paparnya.
Lebih lanjut Mattobi’i menjelaskan, dengan empat program studi yang dimiliki SMK PP Negeri Sembawa, keempatnya memiliki kekhasan dalam teaching factory.
Diantaranya yaitu Program Studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura fokus pada budidaya tanaman cabai dan papaya California, Program Studi Agribisnis Tanaman Perkebunan mengembangkan pembibitan kelapa sawit, Program Studi Agribisnis Ternak Unggas sudah berkembang pada produksi unggas pedaging dan petelur, dan Program Studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian fokus pada usaha bakery dan kerupuk tulang lele.
Proses yang diawali dengan penyelarasan kurikulum dengan DUDI dan dibantu oleh program Kementan yaitu Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) menjadi jalan dalam menciptakan petani milenial baik sebagai job creator atau job seeker. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.