Dua Personel TNI Anggota Satgas Kontingen Garuda Bantu Penanganan Ledakan di Beirut
Dua personel TNI anggota Satgas Kontingen Garuda UNIFIL yang bertugas di Lebanon turut membantu penanganan dampak ledakan besar di Beirut.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Dua personel TNI anggota Satgas Kontingen Garuda UNIFIL yang bertugas di Lebanon turut membantu penanganan dampak ledakan besar di Beirut.
"Anggota kita satgas Hospital Level 2, telah berangkat dari Naquora untuk membantu penanganan akibat ledakan tersebut," kata Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang melalui pesan singkatnya, Kamis (6/8/2020).
Victor menuturkan, atas perintah UNIFIL Force Commander, tim telah berangkat menggunakan satu unit ambulans yang dipimpin Kapten CKM dr Doni Saputera SpRad dan satu anggota Serka Syehta, dan satu sopir ambulans Warga Negara India.
Baca: Citra Satelit Tunjukkan Kawah 152 Meter Akibat Ledakan di Beirut
Ia pun memastikan, tidak ada personel kontingen Garuda yang menjadi korban ledakan di gudang penyimpanan dekat pelabuhan kota Beirut.
Tercatat ada 1.234 personel TNI yang diterjunkan dalam misi perdamaian tersebut.
Diketahui, ledakan besar terjadi pada Selasa (4/8) petang di Port of Beirut, Lebanon.
Baca: Jumlah Korban Tewas Akibat Ledakan di Beirut Capai 137 Jiwa, 5.000 Orang Terluka
Informasi awal menyampaikan, sumber ledakan berasal dari 2.750 ton Ammonium Nitrate yang disimpan di gudang pelabuhan.
Informasi terbaru total korban tewas akibat ledakan tersebut mencapai 137 jiwa.
Kurang lebih 5.000 orang dilaporkan terluka pasca ledakan dahsyat tersebut.
Baca: Pemerintah Lebanon Menduga Bom Mengambang yang Sebabkan Ledakan Kembar di Beirut
Baca: Kisah Haru Suster Berusaha Selamatkan 3 Bayi Saat Terjadi Ledakan Beirut
Pihak berwenang memperkirakan jumlah korban akibat ledakan akan meningkat.
Hingga saat ini para penyelidik Lebanon masih mendalami penyebab ledakan mematikan tersebut.
Mereka berfokus pada kemungkinan kelalaian dalam menyimpan ribuan ton pupuk d gudang pelabuhan yang berada di tepi laut.