Stafsus Presiden: Potensi Ekonomi dalam Negeri Harus Dijaga agar Terhindar dari Resesi
Presiden memerintahkan jajaran kabinetnya untuk melakukan program counter cyclical untuk mendorong ekonomi domestik.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Arif Budimanta mengatakan bahwa Indonesia dapat terhindar dari resesi ekonomi apabila pertumbuhan ekonomi di kuartal ke III mencatatkan nilai positif dihitung secara tahunan (y-o-y).
Oleh karena itu menurutnya Presiden memerintahkan jajaran kabinetnya untuk melakukan program counter cyclical untuk mendorong ekonomi domestik.
"Khususnya konsumsi masyarakat sehingga tidak membuat ekonomi kita terkontraksi lebih dalam lagi," kata Arif kepada wartawan, Senin, (10/8/2020).
Berdasarkan data pada bulan Juli kemarin, sejumlah sektor menunjukan adanya perbaikan.
Misalnya Purchasing Managers Index (PMI) Manufacturing yang meningkat dari 39,1 pada Juni lalu menjadi 46,9 pada bulan Juli.
Baca: Stafsus Presiden: Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi
Diharapkan pada Agusutus ini PMI Manufacturing berada di atas 50.
Untuk diketahui apabila PMI Manufacturing berada di bawah 50 maka bisa dikatakan sektor manufaktur mengalami perlambatan.
Apabila nilainya di atas 50 maka sektor manufaktur mengalami pertumbuhan.
"Demikian juga pertumbuhan kredit perbankan yang mulai ada tanda perbaikan pada bulan Juli lalu. Oleh karena itu, jika momentum perbaikan ini bisa kita jaga dan tingkatkan, maka kuartal III ini ekonomi kita bisa segera pulih," katanya.
Arif mengatakan pemulihan ekonomi saat ini hanya bisa mengandalkan potensi dalam negeri. Pasalnya sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Indonesia juga mengalami kontraksi ekonomi akibat Pandemi Covid-19.
"Konsumsi masyarakat, Belanja Pemerintah maupun investasi domestik harus didorong untuk dapat tumbuh. Inilah yang juga menjadi concern Presiden agar stimulus yang ada dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) segera dilakukan, bantuan sosial, program padat karya, bantuan pembiayaan, dan stimulus lainnya akan dilakukan dengan cepat, agar masyarakat dan pelaku usaha segera merasakan manfaatnya dan Indonesia terhindar dari ancaman resesi ekonomi," katanya.
Secara keseluruhan menurut Arif dalam menghadapi Pandemi Covid-19 perlu kerjasama global untuk mengatasi pelambatan ekonomi dunia sesegera mungkin, tanpa mengabaikan penanganan kesehatan.
Kerjasama juga diperlukan di dalam negeri yaitu disiplin menerapkan protokol kesehatan, sehingga aktivitas ekonomi dapat berangsur pulih.
"Yang dibutuhkan adalah kerjasama seluruh komponen bangsa untuk menjalankan dan mensosialisasikan protokol AKB (adaptasi kebiasaan baru) dan beraktivitas sesuai protokol tersebut," pungkasnya.