Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ibu Milenial Diyakini Berperan Besar Tentukan Masa Depan Bangsa

Generasi milenial dan kini telah menikah diyakini akan memiliķi peran kuay mewarnai masa depan bangsa.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ibu Milenial Diyakini Berperan Besar Tentukan Masa Depan Bangsa
Instagram @khofifah.ip
Gubernur jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memberlakukan program SPP gratis bagi sekolah SMA/SMK negeri di Jawa Timur. 

Namun, persoalannya adalah minat baca masih rendah, yang tentu saja akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang.

“Dalam laporan PISA 2018 yang dirilis Organization for Economic Cooperation and Development, kemampuan siswa Indonesia usia 15 tahun dalam sains, matematika dan membaca termasuk rendah dan dibawah rata-rata OECD,” jelas Khofifah.

Programme for International Student Assessment (PISA) adalah Program Penilaian Pelajar Internasional adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi.

Oleh karena itu diperlukan komposisi gizi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga.

Khofifah mengakui masih tingginya angka stunting di Jawa Timur.

“Karena itu, selama masa pandemi ini, yang saya pesankan didalam bantuan sosial adalah telur,” jelas Khofifah. Ia memastikan didalam bantuan sosial tidak ada produk-produk yang tidak mendukung kebutuhan gizi anak seperti kental manis.

dr. Ranti Astria Hannah, Sp.A sebagai perwakilan ibu milenial dalam kesmepatan itu mengingatkan para ibu untuk tidak memberikan susu kental manis untuk bayi dan juga sebagai MPASI. Ia menjelaskan, bayi memiliki preferensi rasa manis dan juga asin.

Berita Rekomendasi

“Jadi bila sudah diberikan makanan dengan gula berlebihan sejak dini, semakin besar akan menyukai rasa yang lebih manis lagi sehingga seiring anak bertambah besar semakin tinggi gula yang dikonsumsi,” jelas ibu 2 anak ini.

Meski sejak 2018 yang lalu BPOM telah melarang penggunaan kental manis untuk anak dan juga mengatur tentang label dan promosinya melalui PerBPOM NO 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, namun masih banyak masyarakat yang mengaku tidak terinformasi mengenai hal ini.

Maka tidak heran masih ditemukan balita-balita dengan gizi buruk yang juga mengkonsumsi kental manis.

“Karena kurangnya pengetahuan dan tingkat ekonomi menjadi alasan anak-anak diberikan kental manis. Seperti kejadian yang kami temukan saat turun ke masyarakat, anak dari umur 2 bulan dikasih susu kental manis dan jadi ketergantungan. Kalau nggak dikasih marah dan ngamuk-ngamuk,” papar dr. Hj Erna Soefihara - Ketua VII PP Muslimat NU.

Karena itu, PP Muslimat NU sebagai organisasi perempuan memiliki kewajiban untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui edukasi gizi.

Erna mengakui dimasa pandemi ini, edukasi gizi utnuk masyarakat jelas terganggu sebab sebagian besar edukasi dan sosialisasi harus dilaksanakan secara online atau virtual.

Sementara tidak semua masyarakat memiliki kemudahan akses terhadap perangkat teknologi.

Karena itu, ia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan juga pihak-pihak terkait terutama produsen, untuk dapat berperan memberikan edukasi gizi dan informasi produk yang tepat kepada masyarakat luas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas