Nasib Juru Kunci Makam Inggit Garnasih dan Cut Nyak Dhien: Asep Makan Singkong, Oneng Suguhkan Kopi
Kehadiran para peziarah inilah yang membawa rezeki bagi juru kunci yang merawat makam orang-orang yang berjasa bagi republik ini.
Editor: Dewi Agustina
"Kalau Pak Ridwan Kamil pernah datang sewaktu jadi Wali Kota Bandung," kata Bah Oneng.
Para Gubernur, kata Bah Oneng, tak pernah ada, kecuali Aang Kunaefi saat pemakaman Inggit pada 1984.
Termasuk para pejabat pun tak pernah ada yang berkunjung ke makam baik Inggit maupun Tjut Nyak Dien, apalagi selevel presiden, menteri, gubernur, bahkan bupati pun.
Menurut kuncen makam Tjut Nyak Dien, hanya para dandim yang banyak berziarah ke makam Tjut Nyak Dien. Sementara pejabat, dari Aceh pun, tak pernah ada.
"Kalau masyarakat dari Aceh, setiap tahun pasti ada, umunya mereka yang ke Bandung, sekalian berziarah ke sini, biasanya rombongan," kata Asep.
Baik Bah Oneng dan Asep, kedua kuncen itu, tidak terlalu berharap banyak dari pemerintah mengenai biaya perawatan kedua makam itu.
Kalau ada ya disyukuri, tidak ada mereka tak banyak berharap, karena kehadirannya merawat makam tersebut datang dari keikhlasannya.
Asep pernah mengajukan proposal baik ke pemerintah maupun dermawan untuk biaya perawatan makam, namun tak satu pun yang merespon.
Namun ia mengaku pernah dapat bantuan untuk menebang pohon, sebesar Rp 1,5 juta dari Pemerintah Provinsi Aceh, karena pohon itu kalau ambruk pasti menimpa gazebo.
Berbeda dengan makam Inggit yang merupakan Pemakaman Umum Pemerintah Kota Bandung, makam Tjut Nyak Dien berada di pemakaman keluarga H Sanusi, seorang ulama terkemuka di Sumedang.
Asep setiap tahun membayar Pajak Bumi dan Bangunan dari uang yang ia terima dari penziarah, termasuk listrik. Untuk makan sehari-hari, terkadang Asep makan singkong yang ia tanam di sekeliling makam.
Setiap hari, meskipun tidak banyak, masyarakat yang berziarah ke dua makam tersebut, selalu ada. Umumnya mereka yang sudah mengetahui peran dan jasanya bagi bangsa Indonesia.
Tjut Nyak Dien yang gigih membela tanah dan rakyat Aceh dari cengkraman Belanda pernah diangkat ke layar lebar oleh Eros Djarot, dan Christine Hakim berperan sebagai Tjut Nyak Dien.
Sementara kisah Inggit yang mengantarkan suaminya, Bung Karno ke istana kepresidenan, sempat ditulis kisahnya yang herois dan romantik oleh sastrawan kenamaan, Ramadhan KH, berjudul Kuantar ke Gerbang.
Buku tersebut termasuk buku paling bagus dan klasik yang mengisahakan percintaan dan perjuangan Inggit Garnasih dan Bung Karno.
Kisah Inggit pun pernah dipanggungkan beberapa versi dalam bentuk teater, dengan pemeran Maudy Koesnaedi dan Happy Salma yang berpesan sebagai Inggit. (cep/tribunnetwork)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.