Deklarasi KAMI, Din Syamsuddin: Hari Lahir Pancasila 18 Agustus 1945
Din Syamsuddin mengatakan bahwa tanggal 18 Agustus 1945 adalah Hari Lahir Pancasila.
Penulis: Mafani Fidesya Hutauruk
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menggelar deklarasi di Tugu Proklamasi (Tuprok) di Jalan Proklamasi, Jakarta, Selasa (18/08/2020).
Deklarasi tersebut dihadiri tiga presidium KAMI yakni Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo, Profesor Rochmat Wahab, dan Din Syamsuddin.
Pada kesempatan itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode 2005-2015 Din Syamsudin memberi orasinya kepada massa yang hadir.
Baca: FAKTA Deklarasi KAMI: Dihadiri Amien Rais hingga Gatot Nurmantyo, Bantah Berpolitik Praktis
Din Syamsuddin mengatakan bahwa tanggal 18 Agustus 1945 adalah Hari Lahir Pancasila.
"Deklarasi pada hari istimewa ini 18 Agustus 2020 mengingatkan kita pada 75 tahun yang lalu ketika UUD 1945 disahkan. Pembukaannya disepakati di dalamnya terdapat Pancasila. Maka kita berpendapat hari lahir Pancasila adalah 18 Agustus 1945," ucap Din Syamsuddin.
Kalimat yang diucapkan oleh Din Syamsuddin itu kemudian direspon oleh massa KAMI.
"Allahu akbar, Takbir," seru massa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia di Tugu Proklamasi.
Baca: Dihadiri Din Syamsudin hingga Amien Rais, Deklarasi KAMI Ajukan 8 Tuntutan ke Pemerintah
Kemudian Din Syamsuddin mengingatkan bahwa deklarasi ini bukan lah akhir melainkan sebuah awal.
"Jika saat ini dari tugu proklamasi yang bersejarah ini ketika Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia. Maka mulai saat ini dari tempat ini kita bertekad untuk memulai sebuah gerakan moral untuk perbaikan dan perubahan Indonesia yang lebih baik," ucapnya.
Pesan tersebut dikatakannya berasal dari 3 presidium KAMI dan dengan dukungan 150 deklarator anggota dewan deklarator KAMI.
"Sangat mungkin ada yang tidak suka dengan kita, sangat mungkin ada gejala dan gelagat yang menghalangi kita, sangat mungkin ada tekanan dan intimidasi juga rekayasa. Kita berada pada di titik yang tak bisa kembali, kita maju terus," ucapnya.