Ancaman Digital Cenderung Mengarah ke Kelompok Penentang Kebijakan Pemerintah
Ancaman digital yang sistematis dan terarah ini berbeda dengan spam maupun penipuan finansial yang umumnya
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto menilai dalam beberapa waktu ke belakang pihaknya kerap menemukan ancaman digital yang terarah dan sistematis.
Ancaman digital yang sistematis dan terarah ini berbeda dengan spam maupun penipuan finansial yang umumnya menyasar korbannya secara acak.
"Kita melihat belakangan ini ada ancaman digital yang terarah dan sistematis. Ancaman digital yang terfokus itu punya karakteristik, karena dia menargetkan kelompok berisiko," kata Damar dalam diskusi virtual, Rabu (26/8/2020).
Biasanya kata Damar, ancaman digital ini menyasar kelompok berisiko seperti jurnalis, akademisi, aktivis mahasiswa, pembela HAM, aktivis antikorupsi atau aktivis perempuan.
Baca: Mengunjungi Makam Kyai Mojo, Ulama Penentang Belanda yang Dibuang di Minahasa
Serangan tersebut juga umumnya punya motivasi politik di belakangnya. Pelakunya adalah state hacker alias individu pelaku teror yang mengarahkan serangan mereka kepada pihak-pihak penentang kebijakan pemerintah.
Jenis serangannya pun bermacam - macam, mulai dari pengambil alihan akun, serangan DDoS attack alias serangan terhadap server, website defacement atau mengubah tampilan muka sebuah situs, hingga doxing atau menyebarluaskan informasi pribadi untuk dikonsumsi publik melalui jagat maya.
Baca: Giring Eks Nidji Calonkan Diri Jadi Presiden 2024, Ernest Prakasa Sindir Gimmik: Cuma Modal Populer
"Karena ini motifnya politik, maka serangan ini diarahkan pada orang - orang yang menentang kebijakan pemerintah," ucapnya.
"Serangan itu ada banyak. Kurang lebih jumlahnya dari September 2019 - Agustus 2020, serangan terjadi terus menerus," jelas Damar.