Din Syamsuddin : KAMI Menunjukkan Pemikiran Kritis dan Kolektif, Kenapa Malah Diserang Pribadi
"KAMI mengajukan pikiran-pikiran kritis dan korektif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945," kata Din
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsuddin mengaku heran dengan anggapan bahwa keberadaan organisasinya justru berujung serangan pribadi.
Menurut Din, KAMI dilahirkan untuk memunculkan pikiran kritis terhadap kehidupan berbangsa yang menyimpang dari Pancasila.
"KAMI mengajukan pikiran-pikiran kritis dan korektif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945," kata Din Syamsuddin dalam keterangan yang diterima, Jumat (28/8/2020).
"Mengapa mereka tidak mau menanggapi isi tapi berkelit menyerang pribadi, dan mengalihkan opini," tambahnya.
Baca: Din Syamsuddin: KAMI Tak Layani Serangan Buzzer yang Serang Isu Pribadi
Din menilai, pihak-pihak yang menyerang KAMI harusnya bertanya kepada diri sendiri tentang adanya oligarki politik yang terjadi di Indonesia.
Faktanya, ini membuat DPR dikendalikan oleh oligarki itu.
"Tidak benarkah bahwa ada oligarki politik yakni bahwa tidak ada demokrasi sejati dalam partai politik karena keputusan partai ditentukan oleh segelintir bahkan satu orang? Akibatnya DPR dikendalikan oleh oligarki itu sehingga aspirasi rakyat terabaikan?" ucap Din.
Baca: Klaim Gerakan Moral, Publik akan Catat KAMI Inkonsisten Bila Berubah Jadi Parpol
Baca: Disindir Megawati, KAMI Tegaskan Tak Akan Pernah Menjelma Jadi Ormas atau Parpol
Selain itu, Din pun mengatakan, mereka yang saat ini menyerang KAMI, lebih baik berkaca soal praktik politik dinasti yang mengabaikan kualitas calon dalam kontestasi pemilu.
"Tidak benarkah bahwa ada budaya politik dinasti yakni menyiapkan anak-cucu dan menghalangi orang lain, sehingga mereka merusak demokrasi Indonesia" lanjutnya.
Din menegaskan KAMI siap berdebat dengan siapa pun yang ingin mengadu pemikiran dengan organisasinya.
"KAMI menanti tanggapan, bukan pengalihan. KAMI siap berdiskusi bahkan berdebat mengadu pikiran," jelasnya.