Pengamat: Paslon yang Abaikan Protokol Kesehatan Perlu Dipertimbangkan Lagi untuk Jadi Pemimpin
Menurut Jeirry, apa yang dilakukan paslon dengan membawa pendukungnya tak menunjukan ketidakpedulian.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumampow menyoroti fenomena kerumunan massa saat proses tahapan pendaftatan pasangan calon pemilihan kepala daerah di Pilkada.
Menurut Jeirry, apa yang dilakukan paslon dengan membawa pendukungnya tak menunjukan ketidakpedulian. Pasalnya, massa yang hadir sangat banyak dan tidak menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Hal itu disampaikan Jeirry saat diskusi daring bertajuk 'Pilkada Sehat dan Covid-19: Siapa Peduli?', Selasa (8/9/2020).
Baca: Mendagri Tegur 53 Calon Petahana yang Langgar Protokol Kesehatan saat Pendaftaran Pilkada
"Pasangan calon itu tidak peduli dengan kesehatan pendukungnya. karena itu membiarkan untuk datang," kata Jeirry.
"Jadi keinginan atau nafsu untuk memamerkan dukungan kepada kepada publik itu mengalahkan kepedulian mereka terhadap keselamatan pendukung. Karena yang akan terima akibat ini kan bukan hanya paslon tapi pendukungnya," tambahnya.
Jeirry menambahkan, fenomena itu memperlihatkan sebagian besar lasangan calon yang belaga dalam Pilkada ini tidak peduli dengan keselamatan dan kesehatan pendukungnya.
Baca: Mendagri Sebut 2 Kemungkinan Paslon Pilkada Langgar Protokol Kesehatan saat Pendaftaran
Karena, membiarkan dan melonggarkan pendukungnya itu untuk datang, arak-arakan tanpa jaga jarak tanpa menggunakan alat-alat keselamatan protokol Covid-19.
Menurut Jeirry, calon pemimpin seperti itu perlu dievaluasi kembali untuk menjadi seorang pemimpin.
"Ini harus kita tegaskan dan tentu pemimpin model begini semestinya kita evaluasi kembali untuk jadi pemimpin daerah ini," jelasnya.