Haris Azhar Usul 'September Hitam' Melekat terhadap Peristiwa Pelanggaran HAM Sebaiknya Diubah
Seperti diketahui, ada beberapa peristiwa di Indonesia yang kental dengan pelanggaran HAM terjadi pada bulan September.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lokataru Foundation Haris Azhar menilai September Hitam yang lekat dengan peristiwa-peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) sebaiknya diubah namanya.
Seperti diketahui, ada beberapa peristiwa di Indonesia yang kental dengan pelanggaran HAM terjadi pada bulan September.
Peristiwa tersebut di antaranya peristiwa Pasca 1965, Tanjung Priok 1984, Semanggi II 1999, Munir Said Thalib 2004, dan Reformasi Dikorupsi 2019.
"Kesannya kalau hitam itu buruk dan menghantui," ujarnya dalam webinar bertajuk Mengingat Indonesia: September dan Tragedi Gelap Penegakan HAM Indonesia yang diadakan BEM UNISMA, Kamis (24/9/2020).
Pegiat HAM tersebut mengatakan kata hitam yang dilekatkan setelah kata September terkesan diskriminatif.
"Diskriminatif terhadap orang yang berkulit hitam. Saya berkulit hitam juga. Posisinya harus dibikin Hantu September atau apalah," lanjutnya.
Baca: Sebut Bukan Pelanggaran HAM Berat, Keluarga Korban Tragedi Semanggi Gugat Jaksa Agung
Lebih lanjut, Haris mengatakan institusi hukum dan publik muncul karena ada peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM.
Rumusan badan hukum dan publik tersebut punya sejarah yang panjang dari titik tertentu di tempat yang berbeda-beda.
"Secara imajiner, terbangun solidaritas penderitaan di antara semua korban pelanggaran HAM," katanya
"Jadi titik-titik di berbagai tempat itu terinstitusionalisasikan. Itu termanifestasi dalam lembaga, tetapi yang paling penting adalah memori tentang kekejaman, kejahatan. Nah itulah kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan negara," pungkasnya.