Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanpa Kantor dan Studio, Stasiun Radio Ini Akan Siaran 56 Jam Non Stop saat Grand Launching

Radio Katolikana rencananya akan melakukan siaran selama 56 jam non stop saat acara grand launching, Jumat (25/9/2020) mendatang.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Tanpa Kantor dan Studio, Stasiun Radio Ini Akan Siaran 56 Jam Non Stop saat Grand Launching
Dok.Radio Katolikana
Program siaran 56 Jam Non stop yang dibawakan oleh 28 penyiar Radio Katolikana 

TRIBUNNEWS.COM - Radio Katolikana rencananya akan melakukan siaran selama 56 jam non stop saat gelaran grand launching, Jumat (25/9/2020) mendatang.

Direktur Eksekutif Radio Katolikana, Dhyana Chitta Samatha menjelaskan siaran 56 jam non stop sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

"Setelah melakukan persiapan sejak April 2020, maka pada 25 September 2020 ini, kami meluncurkan secara resmi Radio Katolikana. Acara peresmian ditandai dengan siaran live streaming selama 56 jam non stop oleh 28 jam penyiar yang melakukan siaran secara live dari beberapa kota dan wilayah di Indonesia,” papar Dhyana kepada Tribunnews, Kamis (24/9/2020).

Dhyana melanjutkan, acara grand Launching Radio Katolikana antara lain diisi dengan live talkshow: Siar Agama di Era Digital pada Sabtu, 26 September 2020 pukul 19.30.

Live talkshow ini akan menghadirkan narasumber: Errol Jonathans (CEO Suara Suarabaya), Maria Hartiningsih (Penulis, jurnalis Kompas 1984-2015), Devi Asmarani (Pemimpin Redaksi Magdalene.co), dan RD Steven Lalu (Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI).

Baca: Neng Wirdha Yakin Dapat Suport Elvy Sukaesih Makanya Lagunya 10 Minggu Teratas di Radio ELMitra FM

"Live talkshow ini akan membedah: Bagaimana media baru mempromosikan gerakan inklusi, pluralisme, sekaligus kritis terhadap persoalan sosial keagamaan di Tanah Air? Bagaimana media baru berbasis komunitas agama, mampu menembus sekat-sekat perbedaan? Bagaimana media baru bisa berumur panjang dan menjadi bagian hidup generasi milenial?," beber Dhyana.

Penyair Joko Pinurbo pun akan dihadirkan untuk turut menghibur para pendengar Radio Katolikana.

Berita Rekomendasi

Di luar itu, masih banyak program-program menarik yang dihadirkan oleh 26 penyiar Radio Katolikana yang berasal dari berbagai kota dan penjuru Indonesia.

Radio Katolikana juga membuka diri untuk kolaborasi dengan berbagai komunitas yang ada di Indonesia atau pun di negara lain.

“Buat para sahabat dan pendengar setia Radio Katolikana, mohon doa dan dukungan agar Radio Katolikana bisa menjadi sahabat Anda dalam menjalani perziarahan kita,” tutur Dhyana.

Baca: Rilis Single Rindu Ibu, Roro Fitria Sibuk Road Show ke Ratusan Stasiun Radio

Radio Tanpa Kantor dan Studio

Penyiar Radio Katolikana Lidwina Retnaningrum alias Mbak Ning sedang melakukan siaran live streaming dari salah satu kamarnya di Kediri, Jawa Timur.
Penyiar Radio Katolikana Lidwina Retnaningrum alias Mbak Ning sedang melakukan siaran live streaming dari salah satu kamarnya di Kediri, Jawa Timur (Dok.Radio Katolikana)

Menurut Dhyana, Radio Katolikana ingin menyebarkan kabar gembira ke seluruh penjuru dunia dengan cara serius namun santai, rendah hati tanpa menggurui.

Mengusung tagline Wajah Gereja Nusantara, Radio Katolikana ingin menghadirkan wajah Gereja yang menjunjung nilai-nilai lokalitas, keindonesiaan, dan kemanusiaan, menjadi Katolik 100 persen, dan Indonesia 100 persen.

Radio ini siaran setiap hari pukul 16.00-24.00 WIB melalui situs radio.katolikana.com.

Baca: MDZhB, Stasiun Radio Misterius Rusia yang Siaran Sejak Tahun 1982 tapi Tidak Diketahui Asalnya

Salah satu keunikan Radio Katolikana yang berbasis internet atau streaming, para penyiar melakukan siaran dari rumah masing-masing.

“Radio Katolikana tidak punya kantor atau studio. Melalui software khusus dan koneksi internet, kami melakukan siaran meskipun masing-masing penyiar terpisah oleh jarak dan waktu, bahkan ada penyiar yang tinggal di Singapura,” ujar Dhyana.

Dia menambahkan, dengan konsep broadcast from home, penyiar menjadikan rumah atau kamar masing-masing sebagai studio.

“Jangan kaget ketika siaran tiba-tiba terdengar adzan, suara pedagang, atau suara kendaraan lalu lalang karena rumah beberapa penyiar persis di pinggir jalan,” papar Dhyana.

Baca: Banyak Siswa Tak Bisa Belajar Online, Guru SD di Pekalongan Mengajar Lewat Radio

Radio Katolikan Jawab Tantangan Era 4.0

Penyiar Radio Katolikana Donny Justin sedang melakukan siaran melalui laptop dari rumahnya di Singapura. Kelebihan dari Radio Katolikana ini para penyiar bisa siaran dari mana pun, termasuk dari luar negeri, dan siaran bisa didengarkan dari seluruh penjuru dunia.
Penyiar Radio Katolikana Donny Justin sedang melakukan siaran melalui laptop dari rumahnya di Singapura. Kelebihan dari Radio Katolikana ini para penyiar bisa siaran dari mana pun, termasuk dari luar negeri, dan siaran bisa didengarkan dari seluruh penjuru dunia (Dok.Radio Katolikana)

Di era 4.0, arus informasi tak lagi terbendung, membanjir dalam berbagai ruang kehidupan.

Mudahnya akses teknologi, membuka peluang siapapun untuk memproduksi konten informasi, yang dengan cepat dan luas tersebar tanpa batas.

“Dulu, informasi diproduksi oleh media massa lewat kerja jurnalistik. Kini, sejak media baru berkembang melalui channel-channel di sosial media, siapa pun yang terampil dan mampu memproduksi konten bisa ambil bagian sebagai pembawa pesan (messenger),” ujar Dhyana.

Dhyana menambahkan, dalam satu dekade ini, siar agama merebut ruang-ruang informasi melalui pintu-pintu kanal media baru. Siar agama di media baru telah menyebarkan pengaruh terhadap para penganut keyakinan agama.

Baca: Selama Ramadhan, KPI Keluarkan 11 Aturan Ini untuk Stasiun Televisi dan Radio

“Dalam beberapa kasus, siar agama dipakai untuk membawa pesan-pesan universal. Namun, tak sedikit yang membawa pesan-pesan intoleransi, hate speech, bahkan memicu konflik dan kekerasan berbalut agama,” tambah Dhyana.

Dhyana menilai munculnya media-media baru berbasis agama turut memberikan kontribusi bagi baik-buruknya relasi sosial keagamaan. Bahkan, tak sedikit media-media baru berbasis agama yang menjadi penopang bagi gerakan-gerakan radikal.

Menyadari kekuatan media-media tersebut, untuk menghadapi kekuatan itu, sejumlah komunitas melawan dengan menggunakan media baru yang mempromosikan toleransi, perdamaian, dan melawan suara-suara radikalisme atau ujaran kebencian berbasis agama.

Contoh media ini, seperti NU Online, Islami.co, dan beberapa media lainnya.

Radio Katolikana sendiri merupakan radio streaming yang digerakkan oleh komunitas orang-orang muda Katolik.

Selain itu, radio Katolikana independen tidak berada di bawah Keuskupan atau Paroki tertentu.

Sedangkan anggotanya berasal dari orang-orang muda Katolik lintas keuskupan dan paroki dengan motto Wajah Gereja Nusantara.

Radio Katolikana bertujuan memberi informasi dan hiburan yang positif dan inspiratif kepada pendengar, memperkuat persaudaraan sejati, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas