Tito Zeni Cerita Awal Mula Dia Dipercaya untuk Menyimpan Surat Nikah dan Akta Cerai Inggit-Soekarno
Dalam akta cerai itu dinyatakan bahwa Soekarno sebagai pihak pertama akan membelikan rumah plus pekarangan beserta isinya di Kota Bandung untuk Inggit
Editor: Dewi Agustina
Dalam percakapan dengan salah satu keluarga Inggit Garnasih itu, kata Yulius, soal harga sudah dibuka. Harga yang ditawarkan fantastis.
"Buka harga Rp 25 miliar. Saya enggak tahu kenapa pengin dijual, tapi mungkin beliau sebagai pemegang dokumen sejarah, di tengah usia senja juga," ucap Yulius.
Baca: Surat Cerai dan Akta Nikah Inggit Ganarsih Lebih Baik Dikelola Pemerintah
Yulius yang mengaku sebagai pengagum Bung Karno, sempat kaget saat melihat isi dokumen tersebut. Namun, ia tidak bisa melarang jika dokumen-dokumen bersejarah itu dijual.
"Saya sama-sama pengagum Bung Karno. Ini arsip bersejarah. Cuma balik lagi, dijual itu hak beliau. Saya kalau punya dana pasti saya beli, saya jaga," ucap dia.
Ihwal Kepemilikan Dokumen
Sementara itu Tito Asmara Hadi saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Margahayu Utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, menceritakan bagaimana dokumen itu bisa berada di tangannya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjual.
Tito mengaku memiliki semua dokumen itu sejak tahun 1980-an.
Dokumen-dokumen itu diserahkan langsung oleh Inggit kepada dirinya. Menurut Tito, dirinya diberikan kepercayaan untuk menyimpan barang yang memiliki nilai historis tersebut.
"Itu awalnya tahun 80-an. Bu Inggit sendiri yang menyerahkan kepada saya untuk menyimpan kedua surat itu," kata Tito, Kamis (24/9/2020).
Dalam dokumen-dokumen tersebut terlihat sebuah surat perjanjian yang menyebutkan pihak pertama, Soekarno, menjatuhkan talak kepada pihak kedua, Inggit Garnasih.
Dalam akta cerai itu juga dinyatakan bahwa Soekarno sebagai pihak pertama akan membelikan rumah plus pekarangan beserta isinya di Kota Bandung untuk Inggit sebagai pihak kedua, sesuai petunjuk dan pertimbangan dari Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansyur yang menjadi saksi.
Ketiganya juga turut menandatangani surat tersebut.
Selain itu Bung Karno sebagai pihak pertama juga berjanji akan memberi nafkah kepada Inggit sebagai pihak kedua seumur hidup sebesar F75 per bulan.
Satu dokumen lagi berupa surat nikah. Dalam surat nikah, semuanya ditulis dalam bahasa Sunda dan huruf sambung.