Kemendikbud Jelaskan Alasan YouTube Tak Masuk Daftar Aplikasi yang Bisa Diakses via Kuota Belajar
Isi video Youtube lebih banyak unsur hiburan jadi alasan Kemendikbud tidak masukkan Youtube di daftar aplikasi, situs yang bisa diakses kuota belajar.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan dua tipe kuota pada subsidi kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen.
Kuota yang diterima berupa kuota umum dan kuota belajar.
Kuota belajar hanya bisa digunakan untuk situs dan aplikasi yang tercantum pada situs kuota-
belajar.kemdikbud.go.id, sedangkan kuota umum dapat digunakan untuk seluruh kegiatan dengan internet.
Dari daftar aplikasi dan situs yang dapat diakses menggunakan kuota belajar,
Kemendikbud tidak memasukkan situs berbagi video Youtube di dalamnya, meski situs
tersebut banyak digunakan untuk belajar.
Mengenai hal ini, Kemendikbud punya alasan.
Baca: Kemendikbud Jelaskan Alasan Tidak Berikan Bantuan Kuota Internet Berbentuk Kartu Perdana
Baca: Guru Mengajar Online, Kuota Internet Dinilai Jadi Penghambat Belajar Daring
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbud, Muhammad Hasan Chabibie
mengatakan, meski banyak sekolah menggunakan jejaring media sosial seperti
Youtube, namun menurutnya isi video di Youtube lebih banyak unsur hiburan ketimbang
pendidikan.
”Kami sadar banyak sumber bahan belajar di Youtube, tapi lebih banyak
entertainment dan hiburan di sana. Jadi jangan sampai salah sasaran," kata Hasan
melalui konferensi video, Selasa (29/9).
”Kami sering dapat pertanyaan kenapa dibagi kuota umum dan belajar. Esensi program ini dalam diskusi kami dengan stakeholder itu kan gimana adik-adik tetap belajar. Itu yang jadi faktornya, agar terjaga belajarnya," kata Hasan.
Ia pun menekankan aplikasi Whatsapp dan video conference termasuk dalam kuota
belajar.
Baca: Kuota Umum Internet dari Kemendikbud Bisa Membuka Semua Aplikasi
Baca: Kemendikbud Bakal Tambah Aplikasi Pembelajaran di Kuota Belajar
Menurut survei yang dilakukan Kemendikbud di akhir Juli 2020 menunjukkan
aplikasi WA dan video conference paling banyak digunakan selama belajar daring.
Dari 419 ribu responden, 41,18 persen menggunakan konferensi video dari WA untuk
belajar.
Kemudian 30,59 persen menggunakan Zoom, 15,25 persen aplikasi lainnya,
6,71 persen Google Hangout, 2,64 persen Webex, 1,63 persen memiliki Learning
Management System, 1,34 persen Skype dan 0,66 persen CloudX.
Untuk itu pihaknya mengatur ragam aplikasi dan situs yang bisa dipakai leluasa dengan
kuota belajar.
Situs dan aplikasi ini terdaftar di situs Bantuan Kuota Data Internet 2020
dan umum dipakai belajar daring.