Profil Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Semasa Sekolah SMA Dijuluki 'Otak Setan'
Profil Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dulu dipandang sebelah mata, kini paling berkuasa di militer.
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Profil Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dulu dipandang sebelah mata, kini paling berkuasa di militer.
Senin (5/10/2020), TNI merayakan Hari Ulang Tahunnya ke-75.
Berbicara TNI tentu tidak lepas dari Marsekal Hadi Tjahjanto, Panglima TNI saat ini.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto juga bukan orang sembarangan.
Darah militer memang sudah mengalir dalam keluarganya.
Ia memiliki ayah jebolan TNI AU, yaitu, Bambang Sudarto.
Ayahnya merupakan sersan mayor yang pernah berkarier di Lanud Abduralchman Saleh.
Baca: Profil Laksda TNI ING Sudihartawan yang Dipercaya Hadi Tjahjanto Jadi Pangkoarmada II
Hadi Tjahjanto kecil dikenal sebagai anak yang memiliki otak encer.
Sejak di bangku sekolah, Hadi Tjahjanto populer di antara teman-temannya.
Ia dikenal sebagai siswa yang cerdas.
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 ini makin terkenal cerdas saat duduk di bangku SMA.
Diketahui, ia adalah lulusan SMA Negeri Lawang, di Malang.
Seperti yang dimuat Kompas.com, saat SMA Hadi Tjahjanto mengambil jurusan IPA.
Saking cerdasnya, Panglima TNI Hadi Tjahjanto kerap dijuluki ' otak setan ' oleh teman-teman sekolahnya.
Sebutan itu bahkan kerap dikatakan teman-temannya ketika bertemu dengan Bambang Sudarto.
Julukan otak setan tersebut tak lepas dari sosok Hadi Tjahjanto yang bisa mencerna pelajaran secara mudah dan cepat.
"Temannya kalau ketemu saya bilang, Hadi itu memang otak setan," ujar sang ayah.
Kecerdasan ini pula yang mengantarkan Hadi Tjahjanto bisa meneruskan jejak sang ayah.
Ia melanjutkan pendidikan di Akademi Angkatan Udara.
Tak hanya itu, Hadi Tjahjanto pun sempat belajar di Sekolah Penerbang TNI AU.
Pada masa awal kariernya, ia tergolong biasa saja.
Baca: Profil Mayjen TNI Sudirman, Dankodiklat Baru Pilihan Hadi Tjahjanto, Pernah Batal Jadi Pangkostrad
Hal ini disampaikan Mantan Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (Purn) TNI Dwi Badarmanto.
"Lulus Akabri 86. Kalau lihat kariernya sebelum bintang 1 itu biasa-biasa saja," ujar Dwi.
Ia bahkan sempat dianggap dipandang sebelah mata.
Kala itu, Hadi Tjahjanto masih menjadi penerbang pesawat angkut ringan.
Dari 1988 hingga tahun 2000, tak terlihat dari sosok Hadi Tjahjanto akan menjadi orang besar yang berkuasa.
"Dari penerbang pesawat angkut ringan, orang sudah melihat sebelah mata, tapi Tuhan berkata lain," katanya.
Masih dilansir dari sumber yang sama, kala itu ia sempat mendengar celotehan Hadi Tjahjanto.
Hadi disebut sempat berontak dalam hatinya karena tugas yang diembannya.
Mulanya ia sempat ditempatkan di Pangkalan Udara Hussein Sastranegara.
Namun, ujungnya ia malah ditugaskan sebagai Komandan Pangkalan Udara Adi Soemarmo.
Namun, siapa yang bisa menebak nasib seseorang, Hadi Tjahjanto memiliki keberuntungan besar dalam perjalanan kariernya.
Ia yang dulu dipandang sebelah mata justru menjadi orang paling berkuasa di militer Indonesia.
Sejak ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Panglima TNI pada 2017 menggantikan Gatot Nurmantyo, Hadi Tjahjanto terpilih pada usia 54 tahun.
Sebelum menjadi panglima TNI, Hadi Tjahjanto mendampingi Presiden Jokowi bekerja menjadi Sekretaris Militer.
Sebelumnya, Hadi Tjahjanto menjabat Irjen di Kementerian Pertahanan.
Hadi Tjahjanto pun pernah menjabat sebagai Direktur Operasi dan Latihan Badan SAR Nasional hingga 2013.
Sejarah HUT TNI
5 Oktober merupakan tanggal bersejarah bagi Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
Pada tanggal itulah TNI lahir. Tepatnya, pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal lahirnya TNI.
Dihimpun TribunJabar.id dari TribunJambi.com, sebelum kemerdekaan, di Tanah Air ada pasukan bernama KINL atau Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger.
KNIL adalah tentara kerajaan Hindia-Belanda yang dibentuk ketika Perang Diponegoro.
KNIL memang tak langsung bertanggung jawab atas pembentukan angkatan bersenjata Indonesia pada masa depan.
Justru, KNIL berperan sebagai musuh selama Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949.
Kendati demikian, KNIL telah memberikan andil berupa pelatihan militer dan infrastruktur untuk beberapa perwira TNI pada masa depan.
KNIL juga merekrut orang-orang pribumi di Tanah Air.
Baca: Marsekal Hadi Tjahjanto Tegaskan Komitmen TNI Dukung Segala Upaya Satgas Covid-19
Sementara itu pada 1943, Jepang juga membentuk Pembela Tanah Air (PETA) untuk melawan tentara sekutu.
PETA pada awalnya dibentuk untuk menggalang dukungan lokal bagi kekaisaran Jepang.
Namun, dalam perjalanannya, PETA menjadi sumber daya Republik Indonesia selama Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949.
Selain itu berperan dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat pada 1945.
Pada awal kemerdekaannya, Indonesia sempat tak mempunyai kesatuan tentara.
Pasalnya, Badan Keamanan Rakyat atau BKR, bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran.
BKR dibentuk dalam sidang PPKI pada 22 Agustus 1945.
Kala itu, BKR berada di bawah wewenang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan KNI Daerah.
Jadi, BKR tak berada langsung di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang dan tak berada di bawah perintah menteri pertahanan.
BKR juga disiapkan untuk memelihara keamanan setempat.
Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan terhadap sekutu.
Akhirnya, pada 5 Oktober 1945 melalui Maklumat Pemerintah, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR.
BKR Darat, Laut, hingga Udara pun mulai menyesuaikan penamaannya.
TKR menjadi semakin kuat lantaran memasukkan para mantan anggota PETA.
Setelah itu, TKR sempat diubah jadi Tentara Keselamat Rakyat, lalu diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada 1946.
Barulah pada 3 Juni 1947, Presiden Sukarno mengubah nama TRI menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
TNI adalah gabungan dari TRI dan berbagai tentara elemen-elemen rakyat lainnya.
Adalah Jenderal Soedirman yang menjadi Panglima Besar pertama TNI.
Sejak 1959, tanggal 5 Oktober ditetapkan sebagai Hari Angkatan Perang, yang saat ini disebut sebagai Hari Tentara Nasional Indonesia.
TNI memiliki sejarah panjang hingga sampai sekarang.
Dari masa demokrasi terpimpin hingga orde baru, TNI pernah digabungkan dengan Polri.
Penggabungan tersebut menjadi ABRI atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Namun, berdasarkan Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran Polri, dilakukan pemisahan peran TNI dan Polri.
Pada 30 September 2004 disahkan Rancangan Undang-Undang TNI oleh DPR yang selanjutnya ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada 19 Oktober 2004. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Inilah Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Terkenal Dijuluki Otak Setan, Sempat Dipandang Sebelah Mata