Sekjen PMI luncurkan Strategi JKT48 Keberlanjutan Dalam Penanganan Pandemi
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Sudirman Said meluncurkan strategi JKT48 berkelanjutan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Sudirman Said meluncurkan strategi JKT48 berkelanjutan.
Ia menjelaskan JKT 48 merupakan singkatan dalam upaya dan langkah PMI membantu pemerintah untuk penanganan pandemi Covid-19.
“Jaga. Artinya jaga jarak, jaga hidung atau mulut, jaga jarak, serta jaga tangan kita dari virus dengan rajin mencuci tangan. Kolaborasi, dan Test, Tracing, Treatment,” kata Sudirman Said dalam seminar Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia,Rabu (14/10/2020).
Sudirman mengatakan grafik kasus positif Covid-19 tampak belum menunjukkan puncak, apalagi penurunan.
Menurutnya kolaborasi antar pihak masih sangat dibutuhkan dalam penanganan covid-19 ini.
Ia meminta berbagai pihak berhenti saling menyalahkan dan memulai bersinergi.
“Yang perlu diajak kolaborasi adalah 4, dan ada 8 program yang dilakukan bersama,” lanjutnya.
Empat pihak yang menjalankan delapan program keberlanjutan penanganan ini yakni negara, komunitas atau masyarakat, korporasi atau pihak swasta, dan institusi pendidikan yang diharapkan banyak terlibat dalam upaya ini.
Sudirman mengatakan program edukasi publik dan edukasi protokol kesehatan harus terus dilakukan, karena menghindar, menjaga jarak, dan mematikan virus diyakini sebagai cara paling efektif.
Pelibatan publik menurutnya juga dianggap penting karena pemerintah memiliki jam kerja terbatas.
“Maka publik harus terlibat juga, dan PMI terus mendorong pelibatan publik, seperti pelibatan otoritas lingkungan warga untuk disinfeksi mandiri atau memantau lingkungannya,” tegasnya
Program ketiga diterangkan Sekjen PMI itu adalah berbagi tanggung jawab.
Menurutnya kebijakan yang ada di pusat, juga harus dilakukan di daerah agar penanganannya merata.
“Kita juga perlu mendorong pelayanan kesehatan, kita tahu para tenaga kesehatan sudah sangat bekerja keras, berdasarkan data 70 sampai 80 persen mereka mengalami kelelahan,” ujarnya