Rahasia Polimarin Sukses Kirimkan Lulusannya ke Jerman dan Denmark
Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) merupakan satu-satunya Politeknik Maritim di bawah Kemendikbud
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM – Program “link and match” yang kian digencarkan oleh Kemendikbud nyatanya tak hanya menguntungkan dunia pendidikan dalam menyesuaikan diri dengan industri yang ada. Para pengusaha nyatanya merasa diuntungkan karena bisa mendapat tenaga kerja andal, sekaligus menghemat pengeluaran untuk menjaring SDM baru yang sesuai kebutuhannya.
Hal ini terlihat dari Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin), yang merupakan satu-satunya Politeknik Maritim di bawah naungan pemerintah, lebih tepatnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Polimarin berhasil melaksanakan joint degree dengan sebuah perusahaan Jerman dalam hal permagangan, bahkan lulusan Polimarin akhirnya banyak bekerja di perusahaan Jerman dan Denmark.
Direktur Polimarin Sri Tutie Rahayu dalam Webinar tanya jawab bersama media beberapa waktu lalu mengungkapkan link and match tersebut bisa terjadi berkat beberapa faktor.
Memiliki tiga program studi yakni Nautika, Teknika, dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga (KPN), Politeknik yang didirikan pada tahun 2012 ini menerapkan kurikulum internasional sesuai standar International Maritime Organization (IMO).
“Apapun yang terjadi kurikulum ini tak boleh lepas sedikitpun. Namun yang istimewa, kita memiliki tambahan dari kurikulum tersebut, yakni pendidikan karakter dan soft skill (personality), serta bagaimana Taruna kita punya self confidence,” ujar Sri.
Sri menjelaskan saat pertama kali bekerja sama, hanya tiga Taruna yang dikirimkan. Setelah lolos, ketiga orang tersebut naik ke atas kapal untuk praktik selama setahun. “Dalam praktik ini, perusahaan memberikan weekly dan monthly report. Ketiganya pun dinyatakan excellent. Hingga akhirnya mereka meminta 15 orang, dan akhirnya minta 100 orang, padahal kami hanya mampu meluluskan 25 orang dari tiap jurusan setiap tahunnya,” ujarnya.
Selain dari Jerman, tambah Sri, ketertarikan akan Taruna Polimarin juga datang dari perusahaan asal Denmark. “Ini artinya standar yang kita miliki dengan standar yang diminta pihak internasional sudah match, sehingga bisa terlihat link and match disini. Apalagi tidak adanya penolakan jadi bukti bahwa tidak hanya kompetensi dan knowledge, serta kepandaian yang penting, tetapi juga karakter dan self confidence yang kini dicari-cari oleh perusahaan-perusahaan internasional,” ujar Sri.
Pendidikan Karakter Adalah Kunci
Sri mengungkapkan untuk menerapkan pendidikan karakter tidaklah mudah. Untuk bisa meraihnya, selain harus tinggal di asrama, pada awal tahun pembelajaran bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut, para Taruna Polimarin akan dititipkan, dididik, dan digodok sehingga memiliki karakater disiplin, jujur, dan bertanggung jawab.
“Setelah kembali ke asrama, kami kemudian bekerja sama Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Semarang mendamping mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam hal pembinaan karakter, disiplin, dan jasmani. Tambahnya mereka juga didampingi dengan muatan psikologi dan kita tekankan punya mindset entrepreneur yang telah menjadi mata kuliah disini,” ujar Sri.
Selain itu, para Taruna juga diharuskan memiliki kemampuan berbahasa Inggris, cross culture seperti table manner, dan lain-lain, “Sehingga saat berada di kapal asing mereka sudah terbiasa,” ujarnya.
Dalam hal link and match, Sri juga membeberkan bahwa hal tersebut tak bisa lepas dari tahapan input, proses, output hingga menjadi out comes.
Untuk input, Sri mengungkapkan Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud sudah memiliki program yang terbaik yakni fast track.
“Fast track itu kerja sama antara SMK, Politeknik, kemudian nanti masuk ke industri atau ke perguruan tinggi. Program ini sangat bagus karena menjadikan SMK dengan Politeknik di dalam satu rumah,” ujarnya.
Sesudah input, tambah Sri, berlanjut ke proses. Dalam proses ini industri harus terlibat. “Maka dari itu kami setiap dua tahun sekali meninjau kurikulum walaupun telah menerapkan kurikulum internasional. Kami tinjau mana kurangnya, setelah tahu segera kita poles dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga ketika semuanya sudah selesai maka output bisa menjadi out comes yang mendatangkan manfaat bagi Indonesia.
“Apalagi ketika masuk dunia internasional pelaut kita tak dikenal dengan pelaut Polimarin, tetapi pelaut Indonesia. Dengan berada di luar negeri ini, mereka juga membawa nama Indonesia dan itu adalah tindakan bela negara,” tutupnya.(*)