Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H yang Jatuh pada Kamis, 29 Oktober 2020
Dosen Tafsir Fakultas Syariah IAIN Surakarta Ahmadi Fathurrohman Dardiri SThI MHum menjelaskan lebih lanjut terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
"Maulid dalam bentuk fisiknya, ada beberapa abad kemudian, di zaman Abbasiyah baru ada," jelasnya.
Menurutnya, itu merupakan budaya, ulama-ulama muslim yang sepakat bahwa kebiasaan baik perlu dilestarikan.
Dalam hadist nabi dinyatakan bahwa 'barang siapa yang mewariskan sunnah atau kebiasaan yang baik ketika ada seorang yang meniru, kita mendapatkan pahala dua kali lipat'.
"Kita mendapatkan pahala dari apa yang kita lakukan, lalu kita mendapatkan pahala dari orang yang melakukan karena kita pernah melakukannya dan dicontoh oleh orang tersebut," ungkapnya.
Selanjutnya, terkait perayaan Maulid Nabi pada tahun ini di tengah pandemi, Ahmadi menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi tidak wajib.
"Karena ini tidak wajib, kita tidak perlu mempertaruhkan apa yang dianggap sesuatu yang berbahaya," jelasnya.
Sebagai contoh, salat Jumat berjamaah di masjid bagi laki-laki yang sifatnya wajib bisa ditinggalkan hanya karena hujan deras yang bisa membuat kotor atau berbahaya.
"Kita melihat sudut pandang itu, apa lagi Maulid yang sifatnya tidak wajib," tambahnya.
Baca juga: Muhammadiyah Anjurkan Peringatan Maulid Nabi Dilakukan Sederhana Tanpa Hadirkan Banyak Orang
Keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Ahmadi mengambil pernyataan dari Kyai Adam Kosasih asal Subang mengenai keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
1. Syukur
"Kita merasa bersyukur atas hadirnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini," ujarnya.
Lebih menyenangkan lagi, semua terekam baik dalam Alquran, hadist, sunnah, dan informasi-informasi dari para sahabat.
2. Untuk Memuji