Tokoh Intelektual Papua Sebut Tidak Ada Alasan Dana Otsus Gagal
Ia mengungkapkan tahun ini ada 20 farmasi di Rusia yang memanfaatkan dari dana Otsus Papua.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh Intelektual Papua, Moksen Idris Sirfefa mengaku sudah lama sekali mengikuti perkembangan dana otonomi khusus (Otsus) Papua.
Menurutnya, Otsus Papua berhasil dan tidak gagal.
Moksen mengatakan kalau dikatakan ada masalah dengan Otsus Papua karena kebijakan dan SDM yang tak tercapai itu harus diperbaiki.
"Ini tolong dipahami bahwa adanya Otsus menjadi jalan tengah. Pemerintah mengambil kebijakan adalah hasil kesepakatan antara Pemerintah dengan orang Papua jalan tengahnya melalui Otsus," ujar Idris Sirfefa usai acara Moya Discussion Group: Unity In Diversity "Manfaat Otsus Bagi Pendidikan & Pengembangan Pemuda Papua" pada Jumat (6/11/2020).
Narasumber ini antara lain Tokoh Intelektual Papua Moksen Idris Sirfefa, Direktur Institute Kalaway Muda Nanny Uswanas, Pemerhati Papua dan Politik Internasional Prof. Imron Cotan, Tokoh Pemuda Ali Kabiay dan Moderator LHKI PP Muhammadiyah Herry Sucipto.
Baca juga: Soal Pembangunan Papua, Wapres Ingin Setiap Kementerian dan Lembaga Bersinergi
Menurut Idris Sirfefa, ada lima hal yang menjadi ranah dicapai dana Otsus diantaranya kesehatan, pendidikan, perekonomian masyarakat, infrastruktur dan afirmasi bagi orang asli papua.
"Pemerintah punya program baik," ujarnya.
Moksen mengungkapkan, peningkatan beasiswa ada 3 level seperti SMA, vokasi, pendidikan spesifik seperti dokter dan lainnya berasal dari dana Otsus.
Ia mengungkapkan tahun ini ada 20 farmasi di Rusia yang memanfaatkan dari dana Otsus Papua.
"Sayangnya apa yang dilakukan Pemerintah dalam komunikasi publik lemah dan tidak mengenalkan keberhasilan dana Otsus.
Selama 20 tahun hanya melihat duit saja itu salah. Sebab, ada sektor strategis didalamnya. Kedepan harus komprehensif agar memperkuat dana Otsus agar daerah berdaya. Tentunya, perlunya transparansi dan pengawasan dalam anggaran demi kemajuan Papua," paparnya.
Dikatakannya, orang Papua ini watak ada tiga atau kebiasaan talenta.
Ia menyebutkan ada tiga garis besar bisa menjadi Pamong atau ASN, politisi, petani nelayan dan buruh.
Dia mengajak kepada pemuda Papua untuk melihat teknologi, dunia global yang kompetitif.
"Tiga kepemilikan dasar kepemilikan dasar ini apakah bisa bersaing dengan dunia yang terus berubah dan ini adalah tantangan global.
Di Papua itu akan dihadapkan dengan perkembangan ekonomi kawasan terutama di kawasan Pasifik. Amerika dan China punya tempat bermain.
Apakah dengan kualitas dari efek ekologis dan bisakah kita menghadapi dua Negara raksasa. Tentunya, kita optimis Papua bisa maju dan sejahtera dengan pendidikan yang baik," tandasnya.