Mengenal Tradisi Tangkap Ikan Heole-Ole’a Masyarakat Pulau Tomia di Wakatobi
Ikan ole adalah spesies yang diduga endemik di Pulau Tomia yang biasanya hanya muncul pada bulan Juni-September.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, WAKATOBI - Masyarakat Hukum Adat (MHA) di lingkup wilayah adat (kawati) Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, melaksanakan deklarasi penangkapan dan pengelolaan Ikan Ole dalam wilayah kelola adat kawati Pulau Tomia, Selasa (17/11/2020).
Tradisi tangkap ikan Ole disebut masyarakat sekitar dengan nama Heole-Ole’a
Ikan ole adalah spesies yang diduga endemik di Pulau Tomia yang biasanya hanya muncul pada bulan Juni-September.
Sesuai tradisi, ikan ole ditangkap dengan prosesi adat tersendiri.
Baca juga: Ikan Cupang Jadi Buruan Warga Palembang, Diklaim Bisa Hilangkan Stres hingga Dihargai Rp 3 Juta
”Untuk menangkap ikan ole ini menggunakan alat tangkap tradisional, yaitu jala dan jaring insang, serta dipimpin oleh seorang parika,” kata juru bicara lingkup wilayah adat Kawati Tongano, Pulau Tomia, La Mahawani dalam keterangannya.
La Mahawani mengatakan Parika merupakan seorang pemangku adat yang ditugaskan mengatur segala hal yang berhubungan dengan penangkapan ikan ole.
Mulai dari tata cara penangkapan, lokasi penangkapan, waktu penangkapan, mengatur hasil tangkapan, dan berkoordinasi dengan lembaga adat sebelum melakukan penangkapan.
Baca juga: Bocah 11 Tahun Tewas Diduga Keracunan Kerupuk Kulit Ikan Buntal, Korban Sempat Muntah dan Lemas
“Parika akan mengamati proses naiknya ikan ole ke suatu lokasi sampai selesai bertelur,” ujarnya.
La Mahawani mengatakan setelah ada komando dari parika, nelayan baru boleh menangkap ikan ole.
“Secara umum, prosesi penangkapan ikan ole ini disebut Heole-Ole’a,” jelas La Mahawani
Seiring perkembangan zaman, tradisi Heole-Ole’a perlahan terlupakan. Padahal, tradisi ini sarat nilai luhur dalam mengelola sumber daya hayati yang lestari.
Metode penangkapan ikan ole kini sudah tidak lagi menunggu masa proses bertelur selesai.
Selain itu juga telah dilakukan modifikasi alat tangkap ikan yang cenderung melakukan penangkapan berlebih dengan menggunakan mata jaring yang lebih kecil.