Wiku Sebutkan Kerumunan yang Telah Sebabkan Kluster Covid-19, Kluster GPIB hingga Ijtima Ulama Gowa
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan kerumunan yang telah menyebabkan kluster penularan virus corona di Indonesia.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyebutkan kegiatan kerumunan yang berdampak pada kluster penularan virus corona di wilayah Indonesia.
Di antaranya, kluster Persidangan Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang menyebabkan 24 kasus Covid-19 di lima provinsi.
Kluster tersebut berawal dari kegiatan yang agama yang dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat dengan mengikutsertakan 685 peserta.
"Kluster ini berawal dari kegiatan agama yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, dengan mengikutsertakan lebih kurang 685 peserta."
"Yang berkembang dan menyebar ke berbagai provinsi lainnya, yaitu Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB)," terang Wiku dalam siaran langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (26/11/2020).
Selanjutnya, kluster kegiatan bisnis Usaha Tanpa Riba di Bogor, Jawa Barat dengan mengikutsertakan 200 peserta.
Kluster tersebut menyebabkan 24 kasus di tujuh provinsi meliputi, Lampung, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua.
Baca juga: Update 26 November: Bertambah 4.917 Kasus, Total Konfirmasi Positif Covid-19 jadi 516 Ribu Orang
Baca juga: Pedoman Ibadah Natal saat Pandemi Covid-19 Terbit Akhir Pekan Ini
Tercatat, kluster Usaha Tanpa Riba telah memakan korban jiwa sebanyak tiga orang atau case fatality rate-nya mencapai 12,5 persen.
Kemudian, kluster Gereja Bethel Lembang, Jawa Barat yang melibatkan 200 peserta telah menyebabkan 226 kasus, dengan infection rate mencapai 35 persen.
Kluster Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, dengan mengikutsertakan sekira 8.761 peserta telah menyebabkan 1.248 kasus di 20 provinsi.
"Dan kluster Pondok Pesantren Temboro, Jawa Timur yang menimbulkan 193 kasus di enam provinsi dan lebih dari 14 kabupaten/kota dan satu negara lain," terang Wiku.
Dijelaskan Wiku, adanya kluster akibat kerumunan di atas sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular.
Oleh sebab itu, penting untuk menjadi perhatian masyarakat bahwa kondisi kerumunan harus dihindari.
"Besar dampak peluang kerumunan menjadi 3T, testing, tracing, dan treatment, harus dilakukan segera dan menyeluruh," tutur Wiku.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.