Ekonomi Kelautan Belum Berkembang Baik Disebabkan Masih Sedikitnya Pelaku Usaha Sektor Ini
Indonesia juga masih hadapi tantangan terutama soal pemberantasan praktik penangkapan ikan dengan cara Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kendala kultural yang tercermin dari rendahnya perhatian masyarakat terhadap dunia kelautan atau kemaritiman membuat pengelolaan laut Indonesia belum optimal dan belum berkembang.
Sebagian besar masyarakat Indonesia hingga kini masih kuat terbelenggu pada budaya agraris yang berorientasi daratan.
"Saat ini pembangunan kelautan kurang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak menerapkan pendekatan supply chain system secara terpadu, kurang inklusif dan tidak ramah lingkungan," kata Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo saat saat FGD Penguasaan dan Pengembangan Teknologi dalam Rangka Penguatan Sektor Kelautan dan Kemaritiman, Jumat (27/11/2020).
Ada penyebab lain yang cukup mendasar mengapa ekonomi kelautan belum berkembang dengan baik, yaitu masih kecilnya jumlah pelaku usaha di sektor ini.
Dikatakan Pontjo, saat ini dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan kemaritiman, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan terutama soal pemberantasan praktik penangkapan ikan dengan cara Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUUF) yang semakin mengkhawatirkan.
Baca juga: Fadli Zon Jadi Menteri Kelautan dan Perikanan, Pengamat: Akan Ramai Dunia Persilatan
Praktik IUUF sangat menghambat pembangunan perikanan baik secara nasional maupun internasional.
Dampak praktik IUUF telah mengakibatkan terganggunya pengelolaan pemanfaatan perikanan yang berkelanjutan dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi banyak negara berkembang.
Indonesia memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) nomor tujuh terluas di dunia, yakni tiga juta kilometer persegi.
Kondisi ini membuat para pelaku kejahatan IUUF menjadikan Indonesia sebagai sasaran untuk mengeruk hasil laut dan akibat praktik IUUF ini berdasarkan dari data KKP, Indonesia mengalami kerugian mencapai empat miliar USD per tahun," katanya.
Agar mampu menjadikan laut sebagai masa depan bangsa dan memajukan ekonomi kelautan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, kata Pontjo, selain menempatkan teknologi sebagai faktor determinan, juga menghidupkan kembali visi dan semangat bahari bangsa ini.
"Hanya dengan penguatan visi maritim dan peningkatan penguasaan inovasi teknologi, bangsa ini akan mampu memajukan ekonomi kelautan yang berkelanjutan dan pada akhirnya menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim dunia," katanya.