Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BNPT Koordinasi Penyelidikan dan Pemulihan Korban Aksi Teror di Sigi

Kasus pembunuhan satu keluarga di Sigi, menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Willem Jonata
zoom-in BNPT Koordinasi Penyelidikan dan Pemulihan Korban Aksi Teror di Sigi
DOK. Satgas Tinombala
Selain pembunuhan satu keluarga, tujuh rumah warga setempat di Sigi juga dibakar. TNI pun mengirim pasukan khusus. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembunuhan satu keluarga di wilayah Trans Lewunu, Dusun 5, RT 13, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah.

Akibat kejadian tersebut, belum ada warga kembali ke rumahnya. Mereka memilih mengungsi ke desa terdekat maupun ke sanak keluarganya di desa lain.

Menurut keterangan Sekretaris Desa Lembantongoa Rifai, seperti dikutip Kompas.com, warga masih ketakutan dengan kejadian Jumat (27/11/2020).

Terkait hal itu, BNPT beserta pihak-pihak terkait telah melaksanakan upaya awal dalam rangka penyelidikan serta pemulihan korban aksi terorisme di Sigi, Sulawesi Tengah.

Baca juga: Analisis Pengamat Teroris: Motif MIT Lakukan Pembunuhan Keji di Sigi Ingin Buktikan Eksistensinya

Sejumlah pihak melakukan kerja sama, meliputi Polri, TNI, BNPT, LPSK, dan Kementerian PUPR.

BNPT diwakili Direktur Perlindungan, Brigjen Pol. Herwan Chaidir beserta Wakil Ketua LPSK, Ahmadi melakukan koordinasi dengan pihak Polda Sulawesi Tengah dan Korem Sulawesi Tengah, Selasa (1/12/2020).

Berita Rekomendasi

"Hal ini dilakukan guna mengumpulkan informasi tentang korban, fakta lapangan, informasi kondisi sosial dan geografis di lapangan, sebelum mengunjungi langsung tempat kejadian perkara," kata Herwan Chaidir melalui keterangan tertulis, Kamis (3/12/2020).

Baca juga: 5 Fakta Baru Kasus Pembantaian di Sigi, Jokowi Akan Beri Santunan serta Trauma Healing ke Korban

Rabu (2/12/2020), BNPT, LPSK, dan Polda Sulawesi Tengah menyambangi TKP Dusun V Desa Levonu.

Kunjungan tersebut untuk melaksanakan asesmen dasar terhadap kondisi korban secara fisik dan non-fisik.

Data yang diperoleh dari total 13 KK yg seluruhnya berjumlah 45 orang diperinci dalam bentuk korban meninggal, kerugian materiil seperti kerusakan rumah terbakar, rumah pelayanan umat, dan kerugian lainnya.

Pada Kamis (3/12), melalui rapat koordinasi lintas sektoral dari Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen TNI Santos Matondang, Kapolda Sulteng, Irjen. Pol. Abdul Rakhman Baso, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen. Pol. Budiono Sandi, Danrem 132 Tadulako.

Kemudian Brigjen TNI Farid Makruf, serta Perwakilan dari Kementerian PUPR, disepakati untuk melaksanakan pemulihan terhadap korban baik fisik maupun non-fisik serta melakukan pengejaran terhadap pelaku yaitu Kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Ali Kalora.

"Berdasarkan pemeriksaan awal, pemulihan terhadap korban aksi teror tersebut menjadi prioritas BNPT dan seluruh pihak terkait," ucapnya.

Kondisi korban yang masih diselimuti trauma dan rasa takut menjadi perhatian negara untuk memberikan dukungan agar kembali pulih.

Negara melalui K/L dan Instansi terkait bahu-membahu memenuhi tanggung jawab baik material maupun immaterial. Melalui peninjauan ini, upaya awal menjalin hubungan dan komunikasi dengan pihak korban telah terjalin dan terus dibangun sebagai upaya pemulihan yang menyeluruh.

Selain kepada pihak korban, dalam peninjauan ini dukungan terhadap aparat yang bertugas juga diberikan dalam menjalankan tugasnya melindungi, mengamankan sekaligus menindaklanjuti dalam pengusutan aksi kejahatan kemanusiaan tersebut.

"Atensi pemerintah dalam pengusutan aksi teror tersebut telah ditunjukkan dengan mengerahkan berbagai K/L dan instansi terkait serta menggandeng Organisasi Gereja Pusat untuk terus menyelaraskan suara mengecam segala bentuk aksi teror," ucapnya

Upaya teror yang dilancarkan kelompok MIT dengan Ali Kalora selaku pimpinan dan eksekutor dalam aksi tersebut telah mencoreng keberagaman, kerukunan, dan kehidupan masyarakat Indonesia.

"Aksi teror pada 27 November 2020 lalu merupakan aksi kejahatan kemanusiaan dari kelompok yang tidak bertanggung jawab yang tidak mencerminkan nilai agama apapun," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas